Sedikitnya 132 orang tewas dalam operasi polisi di Rio de Janeiro. Presiden Lula dan PBB menyatakan keprihatinan atas jumlah korban terbesar dalam sejarah kota tersebut.(Media Sosial X)
JUMLAH korban tewas akibat operasi polisi di kota Rio de Janeiro, Brasil, Selasa (29/10), meningkat menjadi 132 orang. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat dibandingkan laporan awal setelah aksi penegakan hukum di kawasan kumuh favela Alemão dan Penha, di wilayah utara kota.
Korban Terbanyak dalam Operasi Polisi Rio
Data terbaru disampaikan Kantor Pembela Umum Brasil, lembaga yang memberikan bantuan hukum bagi warga miskin. Laporan ini muncul setelah penduduk setempat membawa puluhan jenazah ke sebuah alun-alun di Penha sebagai bentuk protes atas operasi berdarah tersebut.
Gubernur Negara Bagian Rio de Janeiro, Claudio Castro, mengatakan proses identifikasi masih berlangsung. Ia menyebut angka resmi sementara adalah 58 korban jiwa, namun mengakui jumlahnya kemungkinan akan bertambah. “Pekerjaan forensik masih berjalan, dan angka ini pasti akan berubah,” ujarnya.
Kecaman dari Pemerintah dan PBB
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva disebut “terkejut” dengan banyaknya korban dan menyayangkan bahwa pemerintah federal tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya mengenai operasi tersebut.
Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan “terkejut dan prihatin” atas operasi polisi yang berujung maut itu.
Warga menggambarkan suasana di favela Penha seperti “medan perang”, dengan baku tembak antara polisi dan kelompok bersenjata. Beberapa bus dilaporkan dibakar untuk dijadikan barikade.
Pernyataan Gubernur dan Kritik Publik
Gubernur Castro sebelumnya menyebut korban tewas sebagai “pelaku kejahatan”. Ketika ditanya kembali oleh wartawan, ia menegaskan, “Pertempuran terjadi di area hutan, bukan pemukiman. Saya tidak percaya ada orang yang hanya berjalan-jalan di hutan saat konflik terjadi. Karena itu, kami bisa mengklasifikasikan mereka dengan jelas.”
Castro juga mengatakan operasi tersebut telah direncanakan selama dua bulan dan menargetkan kelompok kejahatan Red Command yang disebut menggunakan drone untuk menjatuhkan bahan peledak ke arah polisi. “Ini bukan kejahatan biasa, ini adalah narco-terorisme,” katanya.
Dalam operasi itu, empat petugas kepolisian juga dilaporkan tewas, sementara sejumlah orang lainnya ditangkap, termasuk tersangka bandar narkoba utama Red Command.
Latar Belakang Operasi dan Dampaknya
Jurnalis kriminal Rafael Soares mengatakan kepada BBC News Brasil bahwa operasi ini merupakan bagian dari upaya Gubernur Castro untuk menunjukkan ketegasan terhadap kejahatan menjelang pemilihan tahun depan. Ia menilai, serangan berskala besar dengan korban lebih dari 20 orang jarang terjadi di Brasil, dan sebagian besar hanya terjadi di Rio de Janeiro.
Insiden berdarah ini terjadi hanya beberapa hari sebelum Rio menjadi tuan rumah C40 World Mayors Summit dan Earthshot Prize yang akan dihadiri Pangeran William pada 5 November mendatang. (BBC/Z-2)


















































