Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Ibu Negara Brigitte Macron(Media Sosial X)
SEBANYAK 10 orang diadili di Paris pada Senin (27/10) atas tuduhan melakukan pelecehan daring terhadap Ibu Negara Prancis, Brigitte Macron, setelah menyebarkan komentar bernada kebencian terkait gender dan orientasi seksual istri Presiden Emmanuel Macron.
Kasus ini muncul tiga bulan setelah pasangan Macron mengajukan gugatan pencemaran nama baik di negara bagian Delaware, Amerika Serikat. Gugatan itu terhadap podcaster sayap kanan Candace Owens, yang menyebarkan klaim Brigitte Macron adalah seorang laki-laki.
Menurut kantor kejaksaan, sidang di Prancis ini berkaitan dengan laporan hukum yang diajukan pengacara Brigitte Macron pada Agustus 2024 atas dugaan perundungan siber. Laporan tersebut menyebabkan dua gelombang penangkapan pada Februari dan Maret 2025.
Komentar Menyerang Soal Gender dan Usia
Dalam penyelidikan awal, jaksa menemukan sejumlah klaim di media sosial yang menuding Brigitte Macron bukan perempuan. Selain itu menyerang perbedaan usia 24 tahun antara dirinya dan Presiden Macron, bahkan menyebut hubungan itu sebagai “pedofilia.”
Sidang yang dijadwalkan berlangsung dua hari ini menghadirkan delapan pria dan dua perempuan berusia 41 hingga 60 tahun. Di antara mereka terdapat seorang pejabat terpilih, pemilik galeri, ahli IT, guru, manajer properti, dan pengusaha.
Salah satu terdakwa, menurut laporan BFMTV, adalah Aurélien Poirson-Atlan, 41, seorang eksekutif periklanan yang menggunakan nama samaran “Zoé Sagan” di media sosial. Akun X (Twitter) miliknya kini telah ditangguhkan setelah menjadi objek sejumlah keluhan dan sering dikaitkan dengan teori konspirasi daring.
Gugatan di AS terhadap Candace Owens
Dalam gugatan di Delaware, Brigitte dan Emmanuel Macron menuduh Owens melakukan “kampanye pencemaran nama baik yang berlangsung selama setahun penuh.”
Pada Maret 2025, Owens kembali menghidupkan teori konspirasi tersebut melalui video YouTube berjudul “Is France’s First Lady a Man?” yang kemudian dipromosikan luas di platform X. Dalam video itu, Owens menyebut isu tersebut sebagai “skandal politik terbesar dalam sejarah.”
Sejak saat itu, Owens memproduksi berbagai video tentang Brigitte Macron untuk 4,5 juta pelanggan YouTube-nya, termasuk seri bertajuk “Becoming Brigitte.”
Pengadilan Prancis belum menjadwalkan tanggal pasti pengumuman vonis, namun sidang diperkirakan akan selesai dalam dua hari ke depan. (CNN/Z-2)


















































