
PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia dengan sengaja menargetkan warga sipil dalam serangan roket yang menghantam kota Sumy pada Selasa (3/6). Serangan terjadi hanya berselang sehari setelah perwakilan kedua negara menggelar pembicaraan damai di Istanbul, Turki.
Dalam pertemuan langsung putaran kedua itu, kedua belah pihak kembali gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata. Satu-satunya hasil yang dicapai adalah kesepakatan pertukarantahanan perang.
Sementara itu, Moskow tetap pada tuntutannya agar Ukraina harus menarik pasukannya dari empat wilayah yang diklaim Rusia telah dianeksasi, sebagai prasyarat untuk menghentikan invasi.
Di medan perang, Rusia mempercepat gerak maju pasukannya di wilayah timur laut Ukraina, termasuk ke Sumy, dalam upaya membentuk zona penyangga seperti yang diinginkan Presiden Vladimir Putin.
Tewaskan 3 orang
Serangan roket ke kota Sumy, yang terletak sekitar 30 kilometer dari perbatasan Rusia, terjadi pada Selasa pagi dan dilaporkan menewaskan sedikitnya tiga orang.
“Rusia melancarkan serangan brutal terhadap Sumy, menargetkan langsung jalanan dan kawasan pemukiman dengan artileri roket. Ini adalah serangan yang sepenuhnya disengaja terhadap warga sipil,” kata Zelensky melalui unggahan di media sosial.
Ia juga membagikan video dari tim penyelamat yang memperlihatkan mobil-mobil hancur dan jenazah korban di tengah jalan. Pejabat lokal menyebutkan bahwa Rusia menembakkan lima roket jenis MLRS ke kota itu sekitar pukul 09.00 waktu setempat.
“Serangan ini sudah cukup menjelaskan tentang apa yang disebut 'keinginan' Rusia untuk mengakhiri perang ini," ujar Zelensky
Hentikan agresi Rusia
Ia pun mendesak Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk mengambil langkah tegas agar Rusia segera menghentikan agresinya.
“Setiap hari, Rusia memberikan alasan baru untuk menjatuhkan sanksi yang lebih berat dan memperkuat dukungan terhadap pertahanan kami,” katanya.
Di tengah eskalasi di medan tempur, delegasi pejabat tinggi Ukraina tiba di Washington pada Selasa untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat AS terkait isu pertahanan dan ekonomi, termasuk peluang sanksi tambahan terhadap Moskow.
“Kami berencana membahas dukungan pertahanan, situasi di garis depan, serta penguatan sanksi terhadap Rusia,” ujar Kepala Staf Presiden Zelensky, Andriy Yermak.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dikabarkan mulai frustrasi dengan sikap Putin dan Zelensky karena konflik tak kunjung usai meski telah memasuki tahun keempat.
Rebut Desa Andriivka
Militer Rusia mengeklaim pada Selasa telah merebut desa Andriivka di wilayah Sumy. Kota tersebut sebelumnya menjadi titik logistik utama Ukraina dalam upaya menyerang wilayah Kursk milik Rusia. Sejak Rusia menyatakan telah merebut kembali Kursk pada April lalu, serangan terhadap Sumy meningkat tajam.
Pada bulan April, lebih dari 30 orang tewas dalam serangan rudal balistik Rusia yang menghantam pusat kota Sumy, menjadi salah satu serangan paling mematikan sejak perang pecah.
Pekan lalu, Zelensky menyatakan bahwa Rusia tengah memobilisasi sekitar 50.000 pasukan untuk menggempur wilayah tersebut. Selain di Sumy, serangan drone Rusia juga menghantam kota Kharkiv, menewaskan satu orang. Serangan udara lainnya juga tercatat menghantam kota Odesa dan Chernigiv pada malam hari. (AFP/I-1)