
JENAZAH Juliana Marins pendaki asal Brasil yang jatuh di jurang Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), akan diserahkan ke keluarganya setelah proses autopsi selesai. Autopsi dilakukan di Rumah Sakit (RS) Bali Mandara Bali, Jumat (27/6) malam. Penyerahan jenazah ke pihak keluarga dilakukan di RS Bali Mandara dan disaksikan langsung oleh keluarga, tim dokter, pihak kepolisian dari Polda NTB dan Polda Bali.
"Menurut informasi, jenazah bule asal Brazil tersebut akan diterbangkan ke Brasil pada Minggu besok (29/6)," ujar Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Ariasandy saat dijumpai dalam acara HUT Bhayangkara, Sabtu siang (28/6).
Menurut Ariasandy, jenazah Juliana Marins telah diserahkan secara resmi kepada pihak keluarga dan perwakilan konsulat pada Jumat malam (27/6). Meski demikian, kepastian jadwal penerbangan jenazah dari Bali ke Brasil masih menunggu konfirmasi maskapai penerbangan.
"Kalau informasi laporan dari Bid Dokkes Polda Bali, semalam sudah diserahkan kepada pihak keluarga. Rencana besok (Minggu) diterbangkan ke negara asal. Kita belum tahu waktunya karena masih menunggu jadwal penerbangan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa semula jenazah direncanakan dipulangkan hari ini, Sabtu (28/6), namun tertunda karena tidak ada penerbangan yang tersedia.
“Rencananya hari ini dipulangkan, tapi tidak bisa karena tidak ada penerbangan. Jadi kemungkinan besok dan akan diantar menggunakan ambulans dari Polda Bali,” imbuh Ariasandy.
“Pihak kepolisian dan pihak RS, dalam hal ini diwakili dokter forensik, telah bertemu dengan keluarga untuk serah terima dokumen dan jenazah,” ungkap salah seorang perwakilan rumah sakit Bali Mandara.
Terhadap jenazah Juliana Marins dilakukan autopsi di RSUD Bali Mandara, Kamis (26/6). Dokter ahli forensik, dr. Ida Bagus Putu Alit, Sp.FM (K), DFM, menjelaskan bahwa penyebab kematian jenazaj ialah patah tulang di beberapa bagian tubuh serta kerusakan organ dalam yang memicu perdarahan hebat.
“Kematian disebabkan oleh kekerasan (terbentut) benda tumpul. Banyak ditemukan luka lecet geser di punggung, anggota gerak atas dan bawah, serta kepala. Yang paling parah di area dada bagian belakang yang merusak sistem pernapasan,” ujar dr. Alit, didampingi Direktur RS Bali Mandara, dr. I Gusti Ngurah Putra Dharma Jaya.
Dari pemeriksaan, imbuh dia, ditemukan banyak tulang yang patah terutama pada dada bagian belakang, tulang punggung, dan paha. Cedera-cedera tersebut menimbulkan kerusakan pada organ-organ vital korban dan mengakibatkan perdarahan internal masif. (H-4)