
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, Senin (7/4) waktu setempat, bahwa ia memberi tahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus bersikap rasional atas perselisihan apa pun yang ia alami dengan Turki.
"Masalah apa pun yang Anda miliki dengan Turki, saya rasa saya dapat menyelesaikannya. Maksud saya, selama Anda bersikap masuk akal, Anda harus bersikap masuk akal. Kita harus bersikap masuk akal," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval saat ia menjamu Netanyahu.
"Bibi, jika Anda punya masalah dengan Turki, saya rasa Anda akan mampu menyelesaikannya. Anda tahu, saya punya hubungan yang sangat, sangat baik dengan Turki dan pemimpin mereka, dan saya rasa kita akan mampu menyelesaikannya. Jadi saya harap tidak akan menjadi masalah. Saya rasa tidak akan menjadi masalah," imbuhnya, menggunakan nama panggilan untuk merujuk pada Netanyahu.
Presiden AS itu mengejutkan delegasi Israel saat mengumumkan perundingan dengan Iran, menolak berkomitmen pada keringanan tarif, dan memuji pembela Hamas, Erdogan.
Trump mengatakan bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan Erdogan, yang ia gambarkan sebagai orang yang tangguh dan sangat cerdas. Ia memuji Erdogan sebagai seseorang yang telah mencapai sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh siapa pun atau pihak mana pun.
Ucapan Trump itu merujuk pada pernyataannya sebelumnya, bahwa ia yakin Turki yang mengatur kejatuhan mantan penguasa lama Suriah, Bashar al-Assad, pada Desember lalu.
"Saya berkata, Selamat, Anda telah melakukan apa yang belum pernah dilakukan siapa pun dalam 2.000 tahun. Anda telah mengambil alih Suriah dengan nama yang berbeda, tetapi hal yang sama. Saya berkata, Anda telah mengambil alih. Dia telah mengambil alih Suriah melalui pengganti," kata Trump tentang percakapan sebelumnya dengan Netanyahu.
Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024, mengakhiri rezim Partai Baath, yang telah berkuasa sejak 1963.
Pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Ahmed al-Sharaa, juga dikenal sebagai Abu Mohammed al-Jolani, telah menjadi pemimpin baru Suriah secara de facto.
Pada 29 Januari, Al-Sharaa, yang memimpin pasukan anti-rezim untuk menggulingkan Assad, ditetapkan sebagai presiden Suriah untuk masa transisi pada 29 Januari. (AA/Times of Israel/B-3)