Tragedi Jatuhnya Air India 171 Kembali Menekan Reputasi Boeing

19 hours ago 5
Tragedi Jatuhnya Air India 171 Kembali Menekan Reputasi Boeing Kecelakaan yang dialami Air India 171 menjadi pukulan berat bagi Boeing, yang tengah memulihkan citranya.(AFP)

KECELAKAAN tragis yang menimpa penerbangan Air India 171 diyakini akan menjadi pukulan berat bagi Boeing, yang tengah berusaha memulihkan citranya di bawah kepemimpinan baru.

Saham produsen pesawat asal Amerika Serikat itu ditutup turun hampir 5% pada Kamis (waktu setempat), usai dunia berduka atas insiden jatuhnya pesawat Boeing 787 Dreamliner yang membawa 242 penumpang dan awak. Ucapan belasungkawa datang dari Paus Fransiskus, Raja Charles, hingga Presiden India.

"Kami menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya kepada keluarga penumpang dan kru Air India 171 serta semua pihak yang terdampak di Ahmedabad," ujar CEO Boeing, Kelly Ortberg. Ia juga menegaskan Boeing akan mendukung penuh proses investigasi.

Kecelakaan ini menjadi yang pertama kali melibatkan korban jiwa pada pesawat jenis 787 Dreamliner sejak mulai dioperasikan pada 2011. Insiden ini terjadi hanya beberapa hari sebelum Ortberg dan para petinggi industri dirgantara lainnya berkumpul dalam Paris Air Show di Bandara Le Bourget, Prancis—ajang bergengsi yang sebelumnya diprediksi akan berfokus pada perkembangan teknologi penerbangan dan tantangan rantai pasok global.

Kini, musibah Air India 171 dipastikan akan menjadi topik utama pembicaraan, baik dalam diskusi formal maupun spekulasi publik.

"Seminggu dari sekarang, mungkin sudah ada satu atau dua dugaan kuat soal penyebab kecelakaan yang jadi bahan pembicaraan di pameran," kata analis Morningstar, Nicolas Owens. Ia meyakini tragedi ini tak akan menghambat rencana Boeing untuk mengamankan pesanan baru Dreamliner di Paris.

"Rasanya sangat kecil kemungkinan kecelakaan ini disebabkan oleh kesalahan sistemik pada mesin atau desain pesawat," tambahnya.

Beda dari Tragedi MAX

Penerbangan Air India 171 dilaporkan sempat mengirimkan sinyal darurat sebelum jatuh sesaat setelah lepas landas, menurut otoritas penerbangan India. Tim penyelidik dari Inggris dan Amerika Serikat telah dikirim ke lokasi untuk menelusuri data penerbangan, riwayat perawatan pesawat, serta latar belakang kru.

Pesawat naas tersebut diketahui telah dioperasikan Air India sejak 2014 dan mencatat lebih dari 41.000 jam terbang. Fakta ini membedakannya dari dua kecelakaan fatal Boeing 737 MAX pada 2018 dan 2019, yang terjadi tak lama setelah pesawat baru dikirimkan ke maskapai.

Dalam kasus MAX, penyebab utama adalah kegagalan sistem MCAS yang memunculkan dugaan cacat desain. Insiden tersebut menyeret Boeing ke dalam krisis berkepanjangan, diperparah oleh masalah keselamatan lain yang mencuat pada awal 2024.

Sejak Dreamliner diperkenalkan, Boeing memang sempat menghadapi sejumlah perbaikan terkait kualitas manufaktur dan perakitan. Pesawat ini juga menjadi sorotan dalam sidang Senat AS pada April 2024 setelah seorang pelapor mengungkap dugaan cacat produksi pada model 787 dan 777.

Pengacara pelapor tersebut mendesak Federal Aviation Administration (FAA) untuk segera merilis hasil penyelidikan internal terkait keamanan Dreamliner. "FAA harus memastikan publik bahwa Boeing 787 aman digunakan," ujar Lisa Banks, kuasa hukum sang pelapor.

Upaya Pemulihan yang Terancam

Hanya dua pekan lalu, Ortberg menyebut izin baru dari otoritas AS untuk meningkatkan produksi 787 merupakan "tonggak penting" dalam proses pemulihan perusahaan.

Sejak bergabung pada Agustus 2024 dan pindah ke Seattle demi mendekat ke pusat produksi, Ortberg mendapatkan apresiasi dari pengamat industri atas kepemimpinannya, termasuk dalam menangani aksi mogok kerja dan keterlibatannya dalam delegasi Presiden Trump ke Timur Tengah.

Namun kini, langkah pemulihan itu kembali diuji. Meski belum ada indikasi kecelakaan ini disebabkan cacat desain, sebagian analis memperingatkan dampak reputasi yang tak bisa dihindari.

"Reaksi pasar memang dilandasi ketakutan," kata Richard Aboulafia dari AeroDynamic Advisory. "Ini tragedi besar, tapi terlalu dini untuk menyimpulkan dampaknya terhadap citra 787, yang sejauh ini punya catatan baik."

Namun, lembaga riset Briefing.com menyebut insiden ini sebagai "pukulan besar lain terhadap reputasi Boeing," yang dalam lima tahun terakhir terus tertinggal dari Airbus dalam hal jumlah pesanan, dan kini kembali menghadapi tantangan dalam membangun kepercayaan investor dan konsumen terhadap keandalan produknya. (AFP/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |