Tiongkok Tuduh Balik AS sebagai Pelanggar Kesepakatan

1 day ago 9
Tiongkok Tuduh Balik AS sebagai Pelanggar Kesepakatan Ilustrasi(Dok. Antara/Anadolu)

JURU bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok membantah pernyataan terbaru dari pihak AS yang menuduh Beijing telah melanggar kesepakatan hasil dialog Tiongkok-AS pada Mei lalu. China justru menyalahkan Washington atas pelanggaran tersebut,

AS justru menerapkan serangkaian pembatasan diskriminatif terhadap Tiongkok setelah perundingan berlangsung. Antara lain berupa penerbitan panduan pengendalian ekspor cip berbasis kecerdasan buatan (AI).

'Negara Paman Sam' juga dituduh melakukan penghentian penjualan perangkat lunak desain cip--otomatisasi desain elektronik (electronic design automation/EDA)--ke Tiongkok, serta pencabutan visa bagi sejumlah pelajar asal 'Negeri Tirai Bambu'.

"Tiongkok, dengan sikap yang bertanggung jawab, telah bersungguh-sungguh menindaklanjuti, melaksanakan secara ketat, dan memegang teguh hasil kesepakatan perundingan ekonomi dan perdagangan di Jenewa. Komitmen Tiongkok untuk menjaga hak dan kepentingan nasional dilakukan dengan penuh integritas," ujar juru bicara tersebut.

Atas pelanggaran tersebut, pihak Tiongkok menyatakan telah membatalkan atau menangguhkan berbagai kebijakan tarif dan non-tarif yang berkaitan dengan tarif "resiprokal" AS, sesuai dengan konsensus yang dicapai dalam perundingan tersebut.

"Alih-alih melakukan introspeksi, AS justru melemparkan tuduhan tidak berdasar kepada Tiongkok dan menyalahkan secara sepihak, yang sangat bertentangan dengan fakta. Tiongkok dengan tegas menolak tuduhan yang tidak beralasan ini," tegas juru bicara tersebut.

Pertemuan Trump-Xi
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping diperkirakan akan melakukan pembicaraan tentang perdagangan pada pekan ini. Demikian disampaikan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Kevin Hassett pada Minggu (1/6).

"Presiden Trump, kami perkirakan, akan melakukan pembicaraan yang luar biasa tentang negosiasi perdagangan pekan ini dengan Presiden Xi. Itulah harapan kami," kata Hassett kepada ABC News.

Hassett belum bisa memastikan tentang tanggal pasti kapan Trump dan Xi akan melakukan pembicaraan empat mata tersebut. "Saya tidak yakin … karena Anda tidak pernah tahu dalam hubungan internasional, tetapi harapan saya adalah bahwa kedua belah pihak telah menyatakan kesediaan untuk berbicara," kata Hassett.

Sebelumnya pada Jumat (30/5), Trump mengatakan bahwa ia akan berbicara dengan Xi untuk membahas masalah perdagangan antara kedua negara. Presiden AS menuding bahwa Beijing telah "sepenuhnya" melanggar kesepakatan tarif yang ditandatangani dengan Washington pada Mei lalu.

Sementara itu, Australia sedang mempertimbangkan untuk menggugat AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait dengan tarif baja dan aluminium yang diberlakukan Trump, seperti diberitakan media lokal pada Senin.

Trump telah mengumumkan rencana untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% mulai Rabu (4/6). Barang-barang Australia saat ini sudah dikenakan tarif dasar sebesar 10%, menurut laporan SBS News, tanpa merinci strategi Canberra untuk menantang langkah terbaru Trump di WTO.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dijadwalkan bertemu dengan Trump di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada pada akhir Juni. Albanese menyatakan ia akan menyampaikan posisi Australia dengan sangat jelas melalui "berbagai saluran." (Anadolu/Sputnik-OANA/I-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |