Serangan di Sekolah Graz, Tragedi Penembakan Terburuk di Austria

1 day ago 7
Serangan di Sekolah Graz, Tragedi Penembakan Terburuk di Austria Austria berduka setelah penembakan massal di sekolah Graz menewaskan 11 orang, termasuk pelaku. Tragedi penembakan terburuk di Austria.(Media Sosial X)

GRAZ dilanda keterkejutan dan kesedihan setelah penembakan terburuk dalam sejarah modern Austria menewaskan 11 orang, termasuk pelaku. “Kami tak pernah membayangkan hal seperti ini bisa terjadi di sini, di tempat kami. Ini hari yang menyedihkan bagi seluruh kota,” kata Reka, warga yang tinggal dekat sekolah tersebut.

Selama bertahun-tahun, Austria terbebas dari tragedi penembakan massal di sekolah. Semua berubah Selasa (10/6) pagi, ketika mantan murid mengamuk di sekolah menengah di Dreierschützengasse, dekat stasiun utama di kota terbesar kedua Austria.

Serangan terjadi saat kelas pagi tengah berlangsung. Beberapa siswa bahkan sedang menjalani ujian akhir mereka. Polisi membutuhkan waktu 17 menit untuk mengendalikan situasi.

Ketika semuanya berakhir, enam korban perempuan dan tiga korban laki-laki telah tewas. Beberapa jam kemudian, satu korban perempuan dewasa lainnya meninggal di rumah sakit. Beberapa orang lainnya masih dirawat di rumah sakit, beberapa dalam kondisi kritis.

Pelaku penembakan, seorang pria berusia 21 tahun warga negara Austria yang membawa dua senjata api, bunuh diri di dalam sekolah. Ia adalah mantan murid yang tidak pernah lulus ujian akhir dan dilaporkan merasa menjadi korban perundungan.

Reka, warga setempat, mengatakan tidak bisa memahami bagaimana serangan seperti ini bisa terjadi di kota yang teratur dan damai seperti Graz. “Daerah ini tenang, aman, dan indah,” katanya. “Orang-orangnya ramah, sekolahnya juga bagus.”

“Kengerian ini tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Apa yang terjadi hari ini di sebuah sekolah di Graz menghantam jantung bangsa kita. Para korban adalah anak muda yang memiliki masa depan panjang di depan mereka. Seorang guru yang mendampingi mereka di perjalanan hidup,” ujar Presiden Austria, Alexander Van der Bellen.

Ia menambahkan “tidak ada satu pun hal saat ini yang bisa meringankan rasa sakit yang dirasakan para orang tua, kakek-nenek, saudara kandung, dan sahabat dari para korban.”

Kanselir Austria, Christian Stocker, yang segera datang ke lokasi bersama Menteri Dalam Negeri Gerhard Karner, menyebut insiden ini sebagai “tragedi nasional yang mengguncang seluruh negeri.” Ia mengatakan tak ada kata yang bisa menggambarkan “rasa sakit dan duka yang kita semua — seluruh Austria — rasakan.”

Austria menetapkan masa berkabung selama tiga hari. Bendera di Istana Hofburg di Wina, tempat kantor Presiden Van der Bellen, akan dikibarkan setengah tiang.

Austria merupakan salah satu negara di Eropa dengan kepemilikan senjata oleh warga sipil tertinggi, dengan sekitar 30 senjata api per 100 orang, menurut Small Arms Survey, sebuah proyek riset independen.

Insiden Penembakan di Austria

Penembakan di sekolah sangat jarang terjadi di Austria. Beberapa insiden sebelumnya memiliki korban jauh lebih sedikit:

  • Pada 2018, seorang pemuda berusia 19 tahun ditembak oleh remaja lain di Mistelbach, utara Wina.
  • Pada 2012, di St Pölten, seorang siswa ditembak mati oleh ayahnya sendiri.
  • Pada 1997, di Zöbern, seorang remaja 15 tahun membunuh seorang guru dan melukai guru lainnya secara serius.
  • Pada 1993, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun di Hausleiten melukai kepala sekolah secara serius sebelum bunuh diri.

Serangan bersenjata paling brutal di Austria dalam beberapa tahun terakhir terjadi di pusat kota Wina pada November 2020. Empat orang tewas dan 22 lainnya luka-luka ketika seorang terpidana ekstremis jihad menembaki warga sebelum akhirnya ditembak mati oleh polisi.

Larangan Senapan di Austria

Senapan mesin dan senapan pompa dilarang di Austria, sementara revolver, pistol, dan senjata semi-otomatis hanya boleh dimiliki dengan izin resmi. Senapan dan senjata berburu diperbolehkan dengan lisensi senjata api atau izin berburu yang sah, atau untuk anggota klub menembak tradisional.

Pelaku penembakan di Graz diketahui memiliki kedua senjatanya secara legal dan tidak memiliki catatan kriminal. Salah satu senjatanya bahkan dilaporkan baru dibeli sehari sebelum serangan.

Di luar sekolah, seorang pemuda yang mengendarai sepeda menyaksikan saat polisi membiarkan kendaraan keamanan melewati garis pengamanan.

“Ini mengerikan,” katanya. “Ini kampung halaman saya. Saya tidak bisa memahami bagaimana bisa begitu banyak orang seumur saya meninggal. Ini seharusnya tidak terjadi di sini.” (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |