Selfie dan AI: Inovasi Deteksi Dini Kanker Kulit yang Bisa Selamatkan Nyawa

18 hours ago 4
 Inovasi Deteksi Dini Kanker Kulit yang Bisa Selamatkan Nyawa Selfie kini jadi alat skrining dini kanker kulit berkat teknologi AI. Sejumlah aplikasi  mampu mendeteksi kelainan kulit dengan akurasi tinggi, memudahkan akses kesehatan di era digital.(freepik)

SELFIE kini telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar alat berkomunikasi; ia juga berfungsi sebagai sarana penting untuk deteksi dini kanker kulit

Dengan teknologi kecerdasan buatan yang terdapat dalam aplikasi ponsel, pengguna kini dapat memotret area kulit mereka sendiri dan mendapatkan analisis awal mengenai kemungkinan terjadinya kanker kulit. Inovasi ini menjadikan proses deteksi kanker lebih cepat, praktis, dan mudah diakses oleh semua orang. 

Berbagai aplikasi seperti SkinVision dan perangkat seperti DermaSensor telah membuktikan efektivitasnya dalam membantu mendeteksi kanker kulit pada tahap awal. Sebagai contoh, SkinVision menyatakan bahwa aplikasinya mampu mendeteksi kelainan kulit yang berpotensi kanker dengan akurasi lebih dari 90%.

Di sisi lain, DermaSensor, yang telah disetujui oleh FDA di AS, menunjukkan tingkat sensitivitas hingga 96 persen dalam mendeteksi tipe kanker seperti melanoma dan karsinoma sel basal. 

Penggunaan teknologi ini memberikan manfaat yang luas, terutama bagi individu yang berada di daerah terpencil jauh dari fasilitas kesehatan atau yang tidak memiliki akses langsung ke dermatologis. Inggris telah mengimplementasikan Derm, sistem AI yang bisa menganalisis lesi kulit dalam hitungan detik. Dalam satu tahun, teknologi ini telah membantu mendeteksi lebih dari 13.000 kasus kanker kulit pada tahap awal. 

Deteksi awal sangat penting dalam pengobatan kanker kulit. Semakin cepat kelainan terdeteksi, semakin tinggi peluang pasien untuk sembuh tanpa harus menjalani tindakan medis yang invasif. Dengan dukungan AI, masyarakat dapat lebih peka terhadap kondisi kulit mereka dan terdorong untuk melakukan pemeriksaan rutin secara mandiri. 

Cara kerja aplikasi ini cukup mudah. Pengguna hanya perlu memotret area kulit yang mencurigakan menggunakan kamera ponsel mereka. Gambar yang diambil kemudian dianalisis oleh sistem AI yang dirancang untuk mengenali pola serta warna tidak normal yang bisa mengindikasikan potensi kanker. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya risiko tinggi, aplikasi akan merekomendasikan pengguna untuk segera menghubungi dokter kulit. 

Meskipun demikian, para ahli memperingatkan bahwa teknologi ini tidak bisa menggantikan profesional medis. Aplikasi berbasis AI berfungsi hanya sebagai alat skrining awal, bukan sebagai alat diagnosis definitif. Konsultasi langsung dengan dokter tetap sangat disarankan untuk memastikan keakuratan hasil dan mendapatkan perawatan yang sesuai. 

Dengan kombinasi kemudahan penggunaan dan analisis yang mumpuni, teknologi ini membuka peluang baru untuk deteksi kanker kulit yang lebih merata, cepat, dan terjangkau. Inovasi ini menegaskan bahwa di era digital, sebuah selfie dapat berpotensi menyelamatkan nyawa. (Skin Cancer Foundation/The Washington Post/The Guardian/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |