
KEJAKSAAN Kolombia resmi menetapkan seorang pria bernama Carlos Eduardo Mora Gonzalez sebagai tersangka kedua dalam kasus percobaan pembunuhan terhadap calon presiden Kolombia, Miguel Uribe. Ia diduga terlibat dalam logistik serangan dan mengemudikan mobil yang digunakan untuk mengantar senjata kepada pelaku penembakan berusia 15 tahun.
Uribe, seorang senator konservatif berusia 39 tahun, ditembak dua kali di kepala dan sekali di kaki saat berpidato di sebuah taman di wilayah barat Bogotá pada 7 Juni lalu. Hingga Kamis (12/6), kondisinya masih kritis, meski dokter menyatakan ada tanda-tanda perbaikan.
Penyerangan ini mengguncang publik Kolombia dan memicu kekhawatiran akan kembalinya kekerasan politik, narkokartel, dan paramiliter yang pernah membayangi negara tersebut selama dekade lalu.
Pelaku penembakan, yang ditangkap tak lama setelah kejadian oleh pengawal Uribe—usai lebih dulu tertembak di kaki—mengaku bertindak "demi uang, demi keluarga." Namun dalam sidang awal, ia mengaku tidak bersalah. Identitas remaja tersebut dirahasiakan karena masih di bawah umur.
Mora Gonzalez dituduh melakukan pengintaian dua hari sebelum kejadian di lingkungan Fontibón, kawasan kelas pekerja di Bogotá. Ia juga didakwa menggunakan anak di bawah umur untuk melakukan kejahatan dan kepemilikan senjata api ilegal. Hakim memutuskan ia ditahan tanpa jaminan.
Menurut penyelidikan, pada hari kejadian Mora berada di dalam kendaraan yang membawa pistol Glock 9mm kepada sang remaja. Seorang sumber mengatakan kepada AFP bahwa Mora adalah sopir mobil tersebut. Di dalam mobil, si remaja sempat berganti pakaian sebelum melakukan penyerangan.
Latar Belakang Keluarga dan Situasi Politik
Miguel Uribe berasal dari partai sayap kanan Centro Democrático yang didirikan mantan Presiden Alvaro Uribe (meskipun keduanya tidak memiliki hubungan keluarga). Ia adalah anak dari jurnalis ternama Diana Turbay yang tewas saat diculik oleh Kartel Medellín pimpinan Pablo Escobar, serta cucu dari mantan Presiden Kolombia Julio César Turbay.
Hingga kini, otoritas masih menyelidiki siapa yang berada di balik serangan ini. Jika terbukti bersalah, pelaku remaja menghadapi hukuman maksimal delapan tahun sesuai hukum pidana anak di Kolombia.
Pihak pengacara Uribe menyebut permintaan kliennya untuk peningkatan pengamanan telah berulang kali diabaikan.
Insiden ini terjadi di tengah krisis keamanan terbesar Kolombia dalam satu dekade terakhir. Hanya beberapa hari sebelumnya, negara ini diguncang 24 serangan terkoordinasi oleh kelompok bersenjata di barat daya Kolombia, menewaskan sedikitnya tujuh orang.
Uribe dikenal sebagai pengkritik vokal Presiden Gustavo Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia. Petro, mantan gerilyawan, pernah mencoba menjalin perdamaian dengan kelompok-kelompok bersenjata yang tersisa, namun gagal. Baru-baru ini, ia menuduh lawan politik sayap kanannya sebagai "Nazi", memperburuk suhu politik nasional.
Petro berspekulasi bahwa serangan terhadap Uribe kemungkinan diperintahkan oleh jaringan mafia internasional atau faksi pembangkang dari kelompok FARC yang menolak perjanjian damai 2016. (AFP/Z-2)