
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis pagi, 20 Februari 2025, melemah hingga 28 poin atau 0,17% menjadi Rp16.353 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.325 per dolar AS. Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan pelemahan itu dipicu oleh keinginan Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga acuan lebih lama.
“Rilis rapat kebijakan The Fed bulan Januari lalu, yang diumumkan dinihari tadi, memperlihatkan keinginan bank sentral untuk menahan suku bunga acuan lebih lama lagi,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Keinginan itu dibarengi dengan sikap The Fed yang juga menunggu data terbaru seperti inflasi, tenaga kerja, dan dampak kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Alasan yang mendasari suku bunga acuan tetap ditahan adalah adanya kesulitan untuk menurunkan inflasi ke target 2%.
“Selain itu, kebijakan tarif Trump juga masih memberikan sentimen negatif ke pasar pagi ini. Indeks saham Asia terlihat bergerak negatif pagi ini,” ujar Ariston.
Melihat faktor dari dalam negeri, pasar disebut mulai berspekulasi adanya pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate karena inflasi yang rendah dan pengurangan anggaran belanja negara yang menurunkan bisnis lokal. Hal ini dianggap bisa memberikan tekanan terhadap kurs rupiah.
“Potensi pelemahan nilai tukar rupiah hari ini terhadap dolar AS hari ini ke arah Rp16.380, dengan potensi support di sekitar Rp16.290,” tandasnya. (Ant/E-3)