
RATUSAN lansia di Provinsi Bangka Belitung (Babel) mengikuti prosesi wisuda di Gedung Mahligai Serumpun Sebalai. Jumat (18/7). Mereka di wisuda usia mengikuti proses belajar selama tujuh bulan di Sekolah Lansia Berdaya (Sidaya).
Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Babel, Fazar Supriadi Sentosa.mengatakan tahun ini ada 140 lansia yang di wisuda S1 dan S2.
"Totalnya ada 140 Lansia, tapi untuk di Pulau Bangka ada 100 lansia, sisanya di wisuda di pulau Belitung," kata Fajar.
Kegiatan Sekolah Lansia Berdaya (Sidaya) menurunya sebagai bentuk nyata bahwa usia senja bukan halangan untuk terus belajar, berkarya, dan berkontribusi bagi bangsa,
"ini bagian dari program Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) yang diinisiasi Perwakilan BKKBN Babel melalui Sekolah Lansia, dengan dukungan berbagai pihak, termasuk TP PKK Kabupaten/Kota, dinas terkait, dan lembaga masyarakat."ujarnya.
Ia menyebutkan program ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pendidikan dan pembinaan secara berkala.
“Harapannya, dengan meningkatnya harapan hidup masyarakat, maka kualitas hidup juga harus meningkat. Inilah pentingnya Sekolah Lansia,” ungkapnya dia.
Program Sekolah Lansia
Diutatakanya program Sekolah Lansia dibagi menjadi tiga jenjang Standar 1 (S1) untuk pemahaman pribadi, S2 untuk membagikan ilmu kepada keluarga, dan S3 untuk kontribusi kepada masyarakat.
"Proses pembelajaran dilakukan sebulan sekali, maksimal 12 kali pertemuan dalam setahun, dengan materi seputar kesehatan, gizi, dan kehidupan aktif lansia," imbuhnya.
“Ini juga bagian dari upaya mencegah stunting. Para lansia bisa mengingatkan anak dan cucu mereka tentang pentingnya pemenuhan gizi dan pola hidup sehat,” lanjutnya.
Sementara Ketua TP PKK Bangka Belitung Nikomang Widari, mengungkapkan apresiasinya atas semangat para lansia yang tetap aktif dan produktif di masa senja.
“Walaupun sudah di usia lansia, mereka tetap berkarya dan berdaya. Sekolah lansia ini menjadi sarana penting edukasi dan pemberdayaan agar mereka tetap mandiri, sehat, dan terhubung secara sosial,” ujarnya.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk lansia di Bangka Belitung terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini menuntut pendekatan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, di mana para lansia dilibatkan sebagai subjek, bukan objek pembangunan.
"Lansia bukan beban. Mereka adalah aset bangsa. Dengan pengetahuan dan pengalaman mereka, para lansia dapat menjadi penggerak keluarga dan masyarakat menuju Indonesia Emas," ucapnya. (H-3)