
PRODUKSI Film Negara (PFN) telah mengalami beberapa kali transformasi. Setelah sempat menjadi perusahaan produksi film yang membuat film-film propaganda dan bertema nasionalisme, PFN kemudian juga sempat bertransformasi untuk memproduksi film-film genre komersial seperti drama romantis hingga horor.
Transformasi PFN kembali terjadi saat pandemi, ketika Menteri BUMN saat itu mengarahkan PFN sebagai lembaga pendanaan. Namun, menurut sutradara Joko Anwar, saat ini PFN juga perlu melakukan penyesuaian, terkait kebutuhan industri perfilman Indonesia.
“Kan kita harus berangkat dari masalah, kita tuh kebutuhannya apa? Kalau menurut saya di Indonesia saat ini yang dibutuhkan di perfilman itu iya, benar pendanaan. Tapi bukan untuk film-film yang sifatnya komersial, yang secara cara bercerita dan bentuknya mainstream. Kenapa? Film mainstream di Indonesia untuk dapat pendanaan itu relatif gampang, banyak orang yang mau masuk ke film dan bikin film komersial. Mungkin yang dibutuhkan adalah pendanaan untuk film-film yang sifatnya eksploratif, film yang sifatnya lebih ke seni, film yang mengejar batasan dari mulai tema, storytelling dan mungkin film independen yang mungkin diberikan pendanaan,” kata Joko Anwar saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, (13/3).
“Nah itu pun kalau yang menangani tidak paham soal film, saya rasa nanti kurasinya menjadi sesuatu yang tidak ada gunanya di perfilman Indonesia. Jadi bukan yang betul-betul membutuhkan, atau orang-orang yang ingin memajukan film secara tema,” lanjut Joko.
Baru-baru ini, PFN pun mendapat sorotan dari publik luas setelah penunjukkan musisi Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama. Ifan dinilai sebagai sosok yang tidak cocok mengisi posisi tersebut karena tidak memiliki rekam jejak dan pengetahuan tentang perfilman secara mendalam.
“Menurut saya, baiknya PFN sebelum membuat kebijakan, atau sebelum memilih direktur utamanya siapa, ada inisiatif dari pemerintah mengundang orang-orang film untuk rembukan, orang-orang film yang legit ya, yang sekarang sedang berproduksi dan menggeluti perfilman Indonesia untuk didengar permasalahannya apa. Mungkin PFN nanti kegiatannya membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi di perfilman Indonesia,” tegas Joko. (H-1)