
DIREKTUR Eksekutif Triaspols, Agung Baskoro, berpendapat bahwa pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Presiden Prabowo Subianto tak hanya untuk kepentingan elite. Lebih dari itu, pertemuan dua tokoh nasional tersebut merupakan wujud dari pembelajaran politik bagi masyarakat Indonesia.
Agung menjelaskan, Megawati dan Prabowo sama-sama menjabat sebagai ketua umum partai politik yang besar. Mega merupakan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) yang berhasil merebut suara terbanyak dalam Pemilu Legislatif 2024, sedangkan Prabowo yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra keluar sebagai pemenang Pemilu Presiden 2024.
"Jadi secara institusional, ketika kedua pemimpin partai ini bertemu, menjadi relevan. Sehingga, komunikasi antarkedua belah pihak dapat belangsung bengan baik, lancar dan sehat untuk memastikan performa pemerintahan optimal dalam konteks checks and balances dan menyejahterakan rakyat," ujarnya kepada Media Indonesia, Jumat (4/4).
Selain itu, Agung juga menggarisbawahi perlunya pendidikan politik secara konsisten kepada masyarakat agar lebih dewasa dalam berdemokrasi. Pertemuan antara Mega dan Prabowo, sambungnya, dapat menjadi contoh. Apalagi, pertemuan berlangsung dalam momen Lebaran.
Lewat pertemuan tersebut, diharapkan publik mendapat pembelajaran bahwa setelah kontestasi sengit di pemilu maupun pilkada, para elite politik dapat terus menjalin komunikasi seperti biasa. Pada dasarnya, Agung menyebut yang membedakan para elite adalah cara pandang berpolitik saja.
"Jadi saya kira ke depan kita perlu terus meng-endorse pertemuan para pemimpin politik. Tak hanya Bu Mega dan Pak Prabowo, tapi siapa pun, yang lain juga, supaya kohesi sosial masyarakat dan elite kita semakin baik," jelas Agung.
Sebelumnya, putri Megawati yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan ibunya menitipkan pesan ke Presiden lewat Ragowo 'Didit' Hediprasetyo Djokohadikusumo yang merupakan putra semata wayang Prabowo. Pesan dititipkan saat Didit bersilaturahmi kek kediaman Megawati pada hari pertama Lebaran, Senin (31/3).
(Tri/P-3)