
PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja swasta terbesar di Indonesia, memperkenalkan dua lini produk baru Fortise dan Fortise+.
Keduanya merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam menyediakan material konstruksi yang tangguh dan selaras dengan tren keberlanjutan global.
Presiden Direktur GRP Fedaus mengatakan keduanya dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakin beragam. Mulai dari efisiensi biaya, ketahanan material, hingga aspek lingkungan.
"Dengan menggunakan teknologi electric arc furnace (EAF) dan material baja scrap, kami berupaya menghadirkan solusi yang relevan di tengah perubahan ekspektasi industri konstruksi dan manufaktur, baik di dalam maupun luar negeri," kata Fedaus, di Jakarta, Rabu (25/6).
Ia mengatakan Fortise ditujukan untuk aplikasi umum, menawarkan fleksibilitas dan efisiensi produksi bagi proyek konstruksi skala besar maupun menengah.
"Adapun Fortise+ diformulasikan untuk kebutuhan lebih spesifik, seperti struktur bangunan bertingkat, fasilitas industri, dan infrastruktur berat," ucapnya.
Presiden Direktur GRP Fedaus berharap kehadiran Fortise dan Fortise+ dapat memperluas kontribusi industri baja nasional dalam memenuhi kebutuhan sektor strategis, sekaligus mendukung pencapaian target jangka panjang Indonesia menuju net zero emission (NZE) 2060 atau lebih cepat.
“Peluncuran ini bagian dari komitmen kami untuk terus berinovasi, terutama dalam menghadirkan pilihan material baja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kebutuhan pasar,” ujar Fedaus.
“Kami percaya, inovasi perlu berjalan seiring dengan tantangan, dan kemajuan industri nasional hanya dapat tercapai melalui kolaborasi lintas sektor dan keberanian mencoba pendekatan baru,” lanjut Fedaus.
Direktur Logam Ditjen Ilmate Kementerian Perindustrian Dodiet Prasetyo menyampaikan inisiatif pengembangan produk baja yang efisien energi dan ramah lingkungan merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing industri nasional di tengah transisi global menuju ekonomi hijau.
Direktur Keberlanjutan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Kimron Manik turut memberikan dukungan. Dalam diskusi bertajuk Membangun Infrastruktur dan Industri Indonesia yang Tangguh Melalui Inovasi di Industri Baja, dia mengatakan infrastruktur masa depan harus lebih cerdas, lebih hijau, dan dibangun bersama.
“Kementerian Pekerjaan Umum mendorong penggunaan material konstruksi ramah lingkungan sejak tahap desain hingga operasional. Baja berperan penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan adaptif,” ucapnya.
Di sela peluncuran, GRP juga menandatangani nota kesepahaman/memorandum of understanding (MoU) dengan Center for Materials Processing and Failure Analysis (CMPFA) Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI).
Penandatanganan MoU merupakan bagian dari komitmen untuk memperkuat sinergi antara industri dan dunia akademik. Kolaborasi itu mencakup pengembangan pelatihan, riset bersama, serta pertukaran pengetahuan dan keahlian teknis untuk mendorong transisi industri baja nasional menuju praktik lebih berkelanjutan.
Kepala CMPFA FTUI Reza Miftahul Ulum mengatakan kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam menyatukan kapasitas riset akademik dengan kebutuhan nyata industri.
“Kami berharap kerja sama ini dapat mendorong terbentuknya ekosistem inovasi yang mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di sektor baja dan membuka ruang partisipasi lebih luas bagi talenta muda Indonesia,” kata Reza. (H-2)