Pengangguran masih Tinggi, Bonus Demografi Bisa Jadi Masalah

14 hours ago 5
Pengangguran masih Tinggi, Bonus Demografi Bisa Jadi Masalah Ilustrasi: Pekerja kantoran melintas di Kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta.(MI/Adam Dwi)

KETUA Dewan Pengawas Indonesian Business Council (IBC) Arsjad Rasjid menyatakan, bonus demografi Indonesia bisa berubah menjadi beban jika persoalan utama ketenagakerjaan tidak segera ditangani secara serius. Ia menekankan, lapangan kerja dan daya beli masyarakat menjadi isu paling mendesak di tengah tantangan global dan ekonomi domestik yang kompleks.

"Bonus demografi Indonesia yang digadang-gadang menyediakan jumlah tenaga kerja produktif sampai 70% akan menjadi malapetaka jika tidak diperhatikan serius. Tenaga produktivitas banyak, tapi lapangan pekerjaan tidak ada. Itu PR utama Indonesia sekarang," kata dia, Minggu (20/7).

Menurutnya, masalah itu berkaitan dengan tantangan terbesar Indonesia, yaitu lesunya daya beli masyarakat. Arsjad menuturkan, daya beli masyarakat Indonesia lambat laun terus melemah yang pada akhirnya menghambat laju perekononomian nasional. 

Kondisi tersebut imbuhnya, tak luput dari isu pengangguran yang semestinya menjadi perhatian utama. Dia menyebutkan, meski tingkat pengangguran terbuka turun ke angka 4,7%, jumlah absolut pengangguran justru meningkat. 

"Jumlah pengangguran justru naik menjadi lebih dari 7,28 juta orang. Hampir 60% angkatan kerja Indonesia masih berada di sektor informal," terangnya. 

Lebih mengkhawatirkan lagi, lanjut Arsjad, ialah tren migrasi tenaga kerja terampil ke luar negeri. Mulai dari perawat, ahli IT, sampai insinyur. Menurutnya, itu terjadi karena upah yang diterima di luar negeri lebih besar hingga 8 kali lipat dari upah yang diterima di Indonesia. Itu juga didorong oleh jalur karier yang lebih menjanjikan dan akses jaminan sosial yang lebih baik.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Arsjad menawarkan pendekatan yang ia sebut sebagai strategi 3G, yaitu Grow People, Gear Up Industry, dan Go Green. Pertama, Grow People berarti membangun manusia Indonesia sebagai talenta global. 

Arsjad menyoroti saat ini hanya 10% angkatan kerja merupakan lulusan S1. "Kebanyakan angkatan kerja kita malah lulusan SMP dan SD saja. IQ Indonesia juga saat ini diketahui turun," tuturnya.

Kedua, Gear Up Industry, yaitu mendorong reindustrialisasi berbasis nilai tambah. Ini mencakup hilirisasi mineral, pengembangan manufaktur strategis, serta perluasan industri ke luar Pulau Jawa dengan melibatkan UMKM.

Ketiga, Go Green mengacu pada transisi energi sebagai peluang pertumbuhan baru. Strategi ini mencakup pelatihan ulang pekerja dari sektor tinggi emisi, pembiayaan hijau untuk UMKM, serta pelibatan masyarakat lokal dalam proyek-proyek energi ramah lingkungan. (Mir/E-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |