
PARTAI konservatif yang selama ini menjadi oposisi memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) Jerman. Berdasarkan exit poll dan perhitungan sementara, partai konservatif CDU/CSU akan menguasai parlemen federal Jerman alias Bundestag dengan 28,5% suara.
Dengan keunggulan tersrbut, pemimpin CDU/CSU Friedrich Merz berpeluang besar menjadi kanselir Jerman selanjutnya.
Sementara itu, Partai Alternatif Jerman (AfD) berada di posisi kedua dengan perolehan suara 20,6%. Partai sayap kanan itu memeroleh suara terbanyak dalam sejarahnya sejak Perang Dunia II.
Pemimpin konservatif Friedrich Merz sekarang di posisi terdepan untuk menjadi kanselir Jerman berikutnya. Dia memuji kampanye pemilihan partai yang solid.
Merz, yang telah memimpin kelompok parlemen CDU/CSU sejak 2022, disambut dengan sorak-sorai saat melangkah ke panggung di kantor pusat CDU di Berlin pada Minggu waktu setempat.
Dia didampingi oleh kepala CSU Markus Soder yang berterima kasih kepada para pemilih atas kepercayaan mereka. Merz berharap bisa membentuk pemerintahan koalisi sebelum Paskah.
"Kita telah memenangi pemilihan Bundestag," ujarnya.
Jerman mengadakan pemilihan untuk pemerintahan baru setelah koalisi tiga partai yang dipimpin Partai Sosial Demokrat bubar pada akhir tahun lalu. Hal itu mendorong pemilihan umum dadakan.
CDU/CSU ialah aliansi politik konservatif dan demokrat Kristen berhaluan tengah-kanan dari dua partai politik di Jerman yaitu Persatuan Demokratik Kristen Jerman dan Persatuan Sosial Kristen Bavaria.
Kanselir Olaf Scholz mengakui kekalahan bagi Partai Sosial Demokrat yang berhaluan tengah-kiri. Scholz menilai hasil pemilihan sebagai pil pahit.
Hasil perhitungan menunjukkan Sosial Demokrat tumbang dan hanya berada di posisi ketiga dengan sekitar 16%. Itu menjadi hasil pemilu paling buruk bagi Sosial Demokrat sejak era pascaperang dan jauh lebih rendah dari pemilihan terakhir sebesar 20,5% pada 2017. Sementara itu, mitra mereka Partai Hijau berada di sekitar 12%.
Pemilihan umum di Jerman berlangsung tujuh bulan lebih awal dari rencana semula. Pemilu digelar lebih cepat karena koalisi Scholz yang tidak populer runtuh pada November lalu. Kabinet Scholz memimpin tiga tahun masa jabatan namun rusak akibat pertikaian internal.
Selama kampanye, isu pemilu Jerman didominasi oleh kekhawatiran tentang stagnasi ekonomi dan tekanan untuk mengekang imigran.
Kubu konservatif yang dipimpin Merz menjanjikan pendekatan yang lebih keras. Isu seputar ketidakpastian masa depan Ukraina dan aliansi Eropa dengan Amerika Serikat juga menyelimuti pemilihan.
Jerman merupakan negara terpadat di Uni Eropa dan anggota utama NATO. Negara itu menjadi pemasok senjata terbesar kedua bagi Ukraina setelah AS. Jerman akan menjadi pusat dalam membentuk respons benua Eropa terhadap tantangan di tahun-tahun mendatang, termasuk kebijakan luar negeri dan perdagangan dari pemerintahan AS di bawah Donald Trump. (BBC/NPR/Dhk/I-1)