
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin, Senin (28/4), mengumumkan gencatan senjata sepihak selama tiga hari di Ukraina bulan depan. Langkah yang disambut dengan skeptisisme oleh pejabat Ukraina yang menuntut agar pemimpin Kremlin tersebut segera menerima usulan gencatan senjata lebih panjang dari Amerika Serikat, yang ia tolak.
Moskow menyatakan "semua aksi militer" di Ukraina akan dihentikan mulai tengah malam 8 Mei hingga tengah malam 11 Mei, keputusan yang disebut didasarkan pada "pertimbangan kemanusiaan." Gencatan senjata ini bertepatan dengan peringatan Hari Kemenangan Rusia dalam Perang Dunia II pada 9 Mei dan peringatan 80 tahun kekalahan Nazi Jerman.
Pengumuman Putin muncul saat pemerintahan Trump meningkatkan tekanan terhadap Moskow dan Kyiv, untuk mencapai kesepakatan mengakhiri perang.
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan minggu ini akan menjadi "sangat krusial" dalam menentukan apakah AS akan melanjutkan upaya mediasi perdamaian.
"Meski Presiden Trump menyambut baik kesediaan Vladimir Putin untuk menghentikan konflik sementara, presiden telah sangat jelas bahwa ia menginginkan gencatan senjata permanen dan penyelesaian damai," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, Senin.
Terpisah, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut deklarasi gencatan senjata tersebut sebagai "upaya manipulasi." Ia menyoroti meskipun Putin mengatakan menginginkan perdamaian, ia tidak menerima usulan AS untuk gencatan senjata 30 hari yang telah disetujui Kyiv.
"Rusia secara konsisten menolak semua usulan dan terus memanipulasi dunia, mencoba menipu Amerika Serikat. Sekarang, sekali lagi, ada upaya manipulasi lain: entah mengapa semua orang diminta menunggu hingga 8 Mei untuk menghentikan tembakan — hanya demi memberikan Putin keheningan untuk parade-nya," kata Zelensky dalam sebuah unggahan di X.
Kepala Staf Zelensky, Andriy Yermak, Senin, berterima kasih kepada Trump karena "mendukung gencatan senjata penuh." Ia menulis di X bahwa "hanya gencatan senjata permanen, tanpa syarat, dan menyeluruh yang diperlukan untuk mengakhiri perang."
"Jika Rusia benar-benar menginginkan perdamaian, maka harus segera menghentikan tembakan," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menanggapi pengumuman Kremlin hari Senin. "Mengapa harus menunggu hingga 8 Mei?"
"Ukraina siap mendukung gencatan senjata yang tahan lama, berkelanjutan, dan menyeluruh. Ini yang terus kami tawarkan, setidaknya untuk 30 hari," tambahnya.
Tidak ada gencatan senjata
Pengumuman ini muncul lebih dari seminggu setelah Kremlin memproklamasikan gencatan senjata 30 jam selama Paskah, yang secara hati-hati disetujui oleh Kyiv. Militer Ukraina kemudian menuduh Rusia melanggar gencatan senjata 19 April itu dengan lebih dari 2.900 serangan di sepanjang garis depan yang luas. Moskow juga menuduh Ukraina beberapa kali melanggar gencatan tersebut.
Pejabat senior pemerintahan Trump mengatakan beberapa minggu ke depan akan menjadi masa yang sangat penting untuk negosiasi mengakhiri perang, lebih dari tiga tahun sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina.
"Kita sudah dekat, tetapi belum cukup dekat," kata Rubio dalam acara "Meet the Press" di NBC hari Minggu, setelah melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Moskow menggambarkan percakapan itu sebagai "pertukaran pandangan yang produktif."
Presiden AS Donald Trump telah menyuarakan frustrasi yang semakin besar atas kegagalan upaya mediasi damai dalam target 100 hari pertama masa jabatannya. Pada hari Minggu, Trump mengkritik Putin dalam komentar terkerasnya sejauh ini, mendesak rekan Rusia itu untuk "berhenti menembak, duduk, dan menandatangani kesepakatan."
"Kita sudah memiliki kerangka kesepakatan, menurut saya, dan saya ingin dia menandatanganinya, menyelesaikannya, dan kembali menjalani hidup," kata Trump.
Komentar Trump itu disampaikan setelah ia kembali ke Washington dari perjalanan ke pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Sabtu. Ia bertemu Zelensky di sela-sela upacara untuk percakapan singkat yang digambarkan kedua belah pihak sebagai produktif.
Sejak 19 April, saat Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah sementara, serangan Rusia telah menewaskan setidaknya 62 warga sipil dan melukai 290 lainnya di Ukraina, menurut perhitungan CNN berdasarkan data dari otoritas lokal dan layanan darurat.
"Gencatan senjata Paskah telah menunjukkan bahwa pada kenyataannya tidak ada gencatan senjata," kata seorang perwira senior di Dinas Keamanan Ukraina (SBU), yang menggunakan sandi Bankir, kepada CNN pada hari Senin.
"Ada banyak drone musuh dan artileri terus bekerja tanpa mengurangi intensitas," ujar Bankir. "Gencatan senjata Paskah hanya menjadi pernyataan publik yang tidak terbukti dalam praktik." (CNN/Z-2)