
INSIDEN kaburnya puluhan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas II B Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, diduga akibat overcapacity dan menu makanan tidak layak. Itu merupakan informasi awal dari hasil penuturan narapidana (napi) di lokasi.
Hal itu diungkapkan Bupati Aceh Tenggara, HM Salim Fakhry, yang sempat turun langsung ke lokasi beberapa saat setelah peristiwa menegangkan itu terjadi pada Senin (10/3) malam, selepas berbuka puasa. Karena dipicu oleh jumlah tahanan terlalu banyak dan tidak sesuai dengan fasilitas, puluhan penghuni rumah pemasyarakatan itu merasa tidak diperlakukan secara wajar.
Informasi yang diperoleh Media Indonesia, Selasa (11/3) juga disebutkan pihak lapas tidak menyedikan kamar cinta atau bilik mesra tempat pertemuan suami istri di dalam lapas saat ada kunjungan keluarga tidak ada ruang bertemu.
Hal itu ditambah lagi dengan menu makanan yang tidak layak sehingga menjadi pemicu aksi warga binaan membobol lapas. Akhirnya mereka ramai-ramai membobol bagian atap dan langsung keluar melarikan diri.
Petugas gagal mencegah para napi saat upaya kabur dari tahanan itu terjadi. Warga sekitar yang kebetulan sedang berbelanja takjil berbuka saat menjelang magrib pun sempat mereka video menggunakan telepon genggam.
Dari informasi diperoleh Media Indonesia, Selasa (11/3) pagi, sedikitnya 52 warga binaan kabur meninggalkan rumah prodeo tersebut. Adapun 35 orang di antaranya berhasil ditangani dan menyerahkan diri.
Bupati Salim berharap kepada tahanan yang sempat kabur untuk segera menyerahkan diri dan kembali ke lapas. Beberapa keluhan mereka terkait kelayakan sedang dicari jalan keluarnya.
"Apa yang dikeluhkan warga binaan Lapas II B Kutacane sudah mendapatkan solusi," tutur Bupati Aceh Tenggara yang baru dilantik pada Februari lalu itu. (MR/E-4)