
MILIARDER Elon Musk mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan Amerika Serikat (AS) pada Rabu (28/5), menyusul ketegangan yang memuncak dengan Presiden Donald Trump terkait RUU pengeluaran besar-besaran yang menjadi bagian inti agenda Trump.
"Karena waktu yang dijadwalkan sebagai Pegawai Pemerintah Khusus akan segera berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Donald Trump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran," tulis Musk melalui platform media sosial miliknya X seperti dilansir CNA, Kamis (29/6).
"Misi DOGE (Departemen Efisiensi Pemerintah) akan semakin kuat seiring berjalannya waktu karena menjadi cara hidup di seluruh pemerintahan," tambahnya.
Penunjukan Musk sebagai pegawai pemerintah khusus di DOGE berlaku selama 130 hari dan diperkirakan berakhir sekitar 30 Mei. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Musk akan benar-benar meninggalkan peran tersebut dan pemberhentiannya dimulai Rabu (28/5) malam.
Seorang pejabat menyebutkan bahwa Musk tidak sempat melakukan pembicaraan langsung dengan Trump sebelum mengumumkan kepergiannya dan keputusan ini diambil di tingkat staf senior.
Meningkatkan defisit anggaran
Pada hari sebelumnya, Musk secara terbuka mengkritik RUU anggaran Partai Republik. “Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran, yang meningkatkan defisit anggaran, tidak hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE," kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.
RUU “One Big, Beautiful Bill Act” yang didukung Trump telah disahkan oleh DPR dan sedang dalam proses menuju Senat. RUU ini menawarkan pemotongan pajak dan belanja secara luas sebagai bagian dari agenda domestik Trump.
Namun, sejumlah pihak memperingatkan bahwa undang-undang tersebut bisa menghancurkan sistem kesehatan dan menambah defisit anggaran hingga US$4 triliun dalam 10 tahun ke depan.
"RUU itu bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah bisa keduanya. Pendapat pribadi saya," ujar Musk dalam wawancara itu.
Menanggapi komentar Musk, Wakil Kepala Staf Trump, Stephen Miller, menyatakan di platform X bahwa RUU Besar yang Indah bukan RUU anggaran tahunan. "Pemangkasan DOGE harus dilakukan lewat RUU terpisah, sesuai prosedur Senat AS," sebutnya.
Perbedaan pendapat ini mencerminkan keretakan langka antara Musk dan Trump, yang sebelumnya telah mendapatkan dukungan finansial signifikan dari sang CEO SpaceX dan Tesla dalam kampanye pemilu 2024.
Musk sendiri telah mengumumkan pada akhir April bahwa ia akan mulai mundur dari kegiatan pemerintah demi kembali fokus mengurus bisnisnya.
DOGE kambing hitam
Dalam wawancara dengan Washington Post, ia mengeluhkan bahwa DOGE menjadi sasaran tudingan atas berbagai masalah di pemerintahan.
“DOGE hanya menjadi kambing hitam untuk semua hal,” katanya dari Starbase, lokasi peluncuran SpaceX di Texas.
Musk juga menyebut birokrasi federal yang mengakar sebagai penghalang besar dalam menjalankan misi efisiensi, seraya mengakui bahwa ia meremehkan tantangan yang akan dihadapi.
"Situasi birokrasi federal jauh lebih buruk daripada yang saya sadari," ucapnya.
"Saya pikir ada masalah, tetapi itu benar-benar perjuangan berat untuk mencoba memperbaiki keadaan di DC, untuk sedikitnya," tambahnya.
Meskipun tidak seluruh target tercapai, tim DOGE di bawah Musk berhasil memangkas sekitar 12% tenaga kerja sipil federal atau sekitar 260.000 pegawai, melalui skema pemutusan hubungan kerja, pembelian pensiun dini dan restrukturisasi departemen.
Laba perusahaan menurun
Namun, langkah efisiensi tersebut juga berdampak pada bisnis Musk. Dealer Tesla menjadi sasaran demonstrasi anti-pemangkasan dan beberapa kendaraan listrik bahkan dibakar. Laba perusahaan pun menurun.
"Orang-orang membakar Tesla. Mengapa Anda melakukan itu? Itu benar-benar tidak keren," kata Musk kepada Washington Post.
Selain Tesla, Musk juga memusatkan perhatian pada SpaceX, menyusul sejumlah kegagalan dalam uji coba peluncuran Starship, termasuk insiden terbaru yang membuat prototipe meledak di atas Samudra Hindia.
Musk juga baru-baru ini mengumumkan bahwa dirinya akan menghentikan pengeluaran pribadi untuk kampanye politik, setelah sebelumnya menyumbangkan sekitar seperempat miliar dolar untuk mendukung Trump. (Fer/I-1)