
SELAMA ini, banyak yang percaya sel sperma berlomba cepat menuju sel telur, sementara sel telur hanya menunggu pasif pemenangnya untuk memulai pembuahan. Namun, sains telah berulang kali membantah narasi lama ini.
Dalam buku terbarunya The Stronger Sex: What Science Tells Us about the Power of the Female Body (Seal Press/Hachette, 2025), penulis sains Starre Vartan membongkar berbagai mitos tentang tubuh perempuan, termasuk soal pembuahan. Penelitian menunjukkan bahwa sel telur justru aktif memilih sperma, bukan hanya menunggu secara pasif.
Telur Itu Selektif, Bukan Pasif
Menurut Profesor Lynnette Sievert, ahli antropologi biologi dari University of Massachusetts Amherst, perbedaan strategi reproduksi mamalia dan hewan lain—seperti ikan dan reptil—menjadi kunci penjelasan.
Hewan seperti ikan dan katak memproduksi ribuan telur dan sperma sepanjang hidup, lalu melepaskannya ke lingkungan. Reproduksi mereka bergantung pada “permainan angka”: banyak telur, banyak sperma, banyak yang gagal, tetapi beberapa bertahan.
Sebaliknya, mamalia menghasilkan sedikit telur yang “diseleksi” ketat, dan fertilisasi terjadi di dalam tubuh betina. Dengan cara ini, mamalia bisa mengontrol mana telur dan sperma yang akan dipilih, demi menghasilkan keturunan dengan peluang bertahan hidup terbaik.
“Jika hanya melahirkan satu atau dua bayi, wajar bila tubuh betina sangat selektif agar keturunannya memiliki peluang terbaik,” kata Sievert.
Telur Menguji dan Memilih Sperma
Penelitian sejak 1980-an sudah menemukan sel telur memiliki peran aktif dalam pembuahan. Lapisan pelindung telur, zona pellucida, mengikat sperma, mengujinya, lalu memutuskan apakah DNA sperma diterima atau ditolak. Sementara sperma sendiri tidak cukup kuat untuk menembus lapisan telur tanpa “izin” dari sel telur.
Namun, narasi lama tentang sperma “aktif” dan telur “pasif” tetap bertahan, bahkan kerap disebut sebagai “penemuan baru” meski sudah diketahui puluhan tahun. Ini menunjukkan bagaimana bias budaya bisa memengaruhi sains.
Telur Bisa “Memanggil” Sperma yang Cocok
Penelitian terbaru pada 2020 oleh ilmuwan dari Universitas Stockholm dan Universitas Manchester menemukan telur mengeluarkan sinyal kimia untuk menarik sperma tertentu—bahkan terkadang sperma dari pasangan yang bukan “pasangan resminya.”
Melalui penelitian di klinik IVF di Inggris, mereka menemukan cairan sekitar telur dapat memandu sperma mana yang didekati, seolah telur memiliki preferensi. Hal ini menunjukkan adanya “pilihan biologis” dari pihak telur yang mungkin terkait kualitas atau kecocokan genetik sperma.
Tubuh Perempuan Tidak Pasif
Siklus menstruasi, seleksi telur, hingga proses pemilihan sperma menunjukkan bahwa tubuh perempuan bukanlah sistem reproduksi yang lemah atau pasif. Sebaliknya, ia sangat selektif, efisien, dan terprogram untuk memastikan keturunan terbaik.
Dengan kata lain, sel telur tidak hanya menunggu, tetapi justru menjadi pengendali utama dalam menentukan siapa “pemenang” sebenarnya dalam proses pembuahan. (Live Science/Z-2)