
MENINGKATNYA permintaan nikel sebagai bahan baku utama baterai kendaraan listrik, membuat perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia, yaitu PT Vale Indonesia Tbk melihat peluang besar untuk berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan.
Meski berada di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak, perusahaan yang menjadi bagian MIND ID ini mengambil langkah berani untuk menjadi pelopor dalam transisi energi hijau. Sebagai salah satu produsen nikel terkemuka di dunia, tentu tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga berkomitmen untuk mendukung pengembangan energi terbarukan dan kendaraan listrik.
“Transisi energi adalah kunci dalam mengatasi perubahan iklim. Kami berkomitmen untuk berinovasi dan beradaptasi dalam mendukung transisi energi hijau,” ungkap Pelaksana tugas CEO PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), Bernardus Irmanto.
Dengan Peta Jalan Menuju Karbon Netral pada 2050, PT Vale berupaya mengurangi emisi karbon sebesar 33% pada tahun 2030, lebih cepat dari target nasional Indonesia untuk mencapai karbon netral pada 2060. Peta jalan ini selaras dengan Perjanjian Paris dan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021, yang menekankan pentingnya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Berbagai strategi konkret telah disiapkan, termasuk pengurangan emisi signifikan di tanur pengering dan tanur pereduksi, serta studi kelayakan pemanfaatan panas limbah untuk meningkatkan efisiensi energi. Keseluruhan upaya ini sejalan dengan upaya pemanfaatan sumber energi rendah karbon, diantaranya listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Meski menghadapi tantangan teknis dan keekonomian, PT Vale terus meninjau dan mengoptimalkan peta jalan karbon netralnya, terutama seiring rencana pengembangan proyek penambangan baru di Bahodopi dan Pomalaa. Komitmen kuat terhadap teknologi matang tanpa skema carbon offset menjadi fondasi pencapaian target perusahaan.
Selain itu, perusahaan yang sudah hadir lebih dari setengah abad Indonesia ini, juga terus memperkuat kemitraan global dalam mendukung transisi energi hijau dan kemandirian ekonomi nasional. Perusahaan berfokus pada hilirisasi industri berbasis sumber daya alam dan percepatan transisi energi hijau melalui proyek strategis yang memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok mineral kritis dunia.
“Lewat proyek strategis seperti IGP Pomalaa, IGP Morowali, dan HPAL Sambalagi, kami memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok mineral kritis dunia, yang menjadi kunci dalam transisi energi global. Ini adalah kontribusi nyata Indonesia untuk dunia, dan PT Vale siap menjadi ujung tombaknya,” tegas Abu Ashar, Direktur & Chief Operation and Infrastructure Officer PT Vale.
Bahkan Bernardus Irmanto menekankan pentingnya ESG (Environmental, Social, and Governance) sebagai inti dari strategi perusahaan. “ESG bukan hanya slogan, melainkan bagian integral dari budaya dan operasi kami, yang mendorong inovasi dan praktik terbaik,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa pengelolaan mineral kritis harus berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan dan keterlibatan aktif masyarakat lokal.
Momentum penting bagi PT Vale terjadi saat Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyaksikan penandatanganan kesepakatan strategis antara PT Vale dan GEM Co., Ltd dalam Forum Bisnis Indo-Cina di Beijing, 2024 lalu.
Kesepakatan senilai 1,4 miliar dolar AS ini akan mendirikan pabrik pengolahan nikel berbasis teknologi High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sulawesi Tengah dengan target produksi 60.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun, yang merupakan komponen penting baterai energi bersih.
Presiden Prabowo menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah penting bagi Indonesia dalam memperkuat ekonomi hijau dan menjawab kebutuhan global akan bahan baku baterai yang berkelanjutan.
“Indonesia ingin menjadi bagian dari kebangkitan ekonomi global, dan kemitraan lintas negara ini membuktikan bahwa kolaborasi adalah kunci menuju masa depan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Prabowo juga menegaskan komitmennya untuk membawa Indonesia menuju transisi energi hijau yang berkelanjutan sebagai bagian dari kontribusi terhadap pembangunan global. “Kita menuju net zero emission, dan itu menjadi tujuan kita bersama,” tegasnya.
Sementara Prof Xu Kaihua, Pimpinan GEM Co., Ltd, juga menyoroti pentingnya kolaborasi ini bagi kemajuan global. “PT Vale adalah perusahaan kelas dunia yang memegang teguh aspek ESG. Kami bangga dapat bekerja sama dengan PT Vale untuk menyediakan bahan baku yang mendukung peralihan global menuju energi terbarukan. Proyek HPAL ini adalah fondasi untuk inovasi hijau dan kerjasama lintas batas,” ujarnya.
GEM dan PT Vale akan mengimplementasikan teknologi canggih dan standar ESG yang tinggi untuk menciptakan taman hijau kelas dunia yang mengolah bijih nikel laterit langsung menjadi bahan baterai, memperkuat daya saing Indonesia dalam industri nikel global.
Dengan langkah-langkah konkret, kemitraan strategis, dan komitmen yang kuat, PT Vale menegaskan posisinya tidak hanya sebagai produsen nikel, tapi juga sebagai ujung tombak transisi energi hijau Indonesia dan dunia menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. (Z-10)