Lansia di Yogyakarta Makin Mudah Akses Layanan Kesehatan dengan BPJS Kesehatan

17 hours ago 3
Lansia di Yogyakarta Makin Mudah Akses Layanan Kesehatan dengan BPJS Kesehatan Direktur Utama BPJS Kesehatan RI, Ali Ghufron Mukti, meninjau RS Pratama Yogyakarta, Rabu (11/6).(MI/Ardi Teristi)

Di usia 63 tahun, Rini Wuryandari semakin rutin ke rumah sakit untuk kontrol maupun berobat. Ia pun mengaku bersyukur, dengan layanan kesehatan dan kemajuan teknologi yang ada. Berobat jadi mudah dan terjangkau, terlebih untuk usianya yang sudah lanjut usia (lansia).

"Sudah sekitar lima tahun terakhir rutin kontrol untuk penyakit hipertensi (saya) di sini (RS Pratama Yogyakarta)," terang dia di sela-sela perbincangan bersama teman sebayanya, Ambarsari, dengan dengan Direktur Utama BPJS Kesehatan RI, Ali Ghufron Mukti, di RS Pratama Yogyakarta, Rabu (11/6).

Rini menceritakan, sebelumnya dia biasa kontrol kesehatan di Puskesmas yang dekat dengan tempat tinggalnya di Kelurahan Demangan, Kota Yogyakarta. Namun, karena obat untuk hipertensinya tidak tersedia di Puskesmas, dirinya kemudian dirujuk ke RS Pratama Yogyakarta.

"Prosesnya (layanan pengobatan dengan BPJS Kesehatan) cepat dan mudah," terang dia, yang merupakan pensiunan tenaga kesehatan Puskesmas.

Hal yang sama juga diceritakan oleh Ambarsari. Menurut dia, keberadaan BPJS Kesehatan membuatnya lebih tenang karena mudah jika akan berobat..

"Pelayanannya lancar, baik, dan tidak ada kendala," terang warga Kelurahan Purwokinanti, Kota Yogyakarta, ini yang rutin kontrol untuk penyakit hipertensi dan asma.

Kedatangan Ali Ghufron Mukti siang ke RS Pratama Yogyakarta bertujuan untuk meninjau layanan BPJS Kesehatan di Rumah Sakit (RS) Pratama Yogyakarta. Selain mengecek sistem BPJS di RS tersebut, ia bersama Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo juga melihat berbagai fasilitas dan layanan yang ada, dari layanan untuk ibu melahirkan hingga lansia.

Ali mengatakan, BPJS Kesehatan memiliki banyak program kesehatan bagi lansia. BPJS Kesehatan sangat konsen dengan pengobatan penyakit kronis, yang umumnya diderita para lansia, lewat Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).

Para lansia dibantu dalam mengelola kesehatan mereka melalui kegiatan, seperti senam, cek kesehatan, konsultasi, dan penyuluhan. "Misalnya, jika membutuhkan exercise senam, mereka bisa mengumpulkan para lansia, nanti instrukturnya bisa dibayari BPJS Kesehatan," terang dia.

Ali mengungkapkan, BPJS Kesehatan telah mengelola keuangan secara efisien dan akuntabel dengan menggunakan sistem klaim pembayaran berbasis digital. Fasilitas kesehatan dapat memantau proses klaim secara menyeluruh, mulai dari tahap pengajuan, status verifikasi, hingga realisasi pembayaran. 

Bahkan, data utilisasi layanan kesehatan, sistem antrean pasien, hingga kanal pengaduan peserta juga telah terintegrasi. Hingga 30 April 2025, BPJS Kesehatan mencatat, jumlah Peserta Jaminan Kesehstan Nasional mencapai 279.981.920 Peserta dengan Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama: 23.460 FKTP. Selain itu, Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan berjumlah 3.138 RS/Klinik Utama dan 5.725 Apotek/Optik.

Sebagian besar pembiayaan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan digunakan untuk menangani penyakit katastropik. Delapan penyakit katastropik yang banyak menyerap biaya pelayanan kesehatan, yaitu penyakit jantung, stroke, kanker, gagal ginjal, thalassemia, hemofilia, leukemia, dan sirosis hati.

PEMERIKSAAN KESEHATAN GRATIS 
Terkait lansia, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menyampaikan, pihaknya memiliki program Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi Lansia. Setiap sebulan sekali, secara rutin, para lansia dipersilakan cek kesehatan gratis di Puskesmas sehingga kesehatan para lansia bisa terkontrol.

"Saya kira itu pentingnya lansia betul-betul diperhatikan di Kota Yogyakarta,” terang Hasto Wardoyo. Pemeriksaan kesehatan gratis penting disediakan mulai dari cek tensi, gula darah, kolesterol, dan asam urat.

Lansia menjadi salah satu kelompok masyarakat di Kota Yogyakarta yang yang mendapatkan perhatian. Pasalnya, jumlah lansia di Kota Yogyakarta pada 2025 diperkirakan sekitar 64.267 jiwa atau 15,46% dari total penduduk Kota Yogyakarta yang berjumlah 415.605 jiwa. 

Dengan sistem BPJS yang telah terintegrasi, pihak rumah sakit menjadi lebih mudah menangani pasien, terlebih jika pasien tersebut berasal dari luar kota. Dokter dapat lebih mudah memeriksa pasien karena bisa melihat rekam medik pasien yang ditangani.

Selain BPJS Kesehatan, Hasto menyampaikan, pihaknya juga memiliki cadangan pembiayaan kesehatan, yang bisa digunakan apabila pasien tidak bisa tercover BPJS Kesehatan. "Harapannya, semua warga tidak ada yang ditolak ketika berobat ke fasilitas kesehatan," terang dia.

Jaminan kesehatan tersebut bisa mengcover untuk mereka yang tiba-tiba membutuhkan, misalnya, wisatawan yang sedang di berwisata di Yogyakarta tiba-tiba sakit atau gelandangan yang tiba-tiba sakit.

Hasto berharap dengan adanya kunjungan dari BPJS Kesehatan dapat memberikan motivasi serta peningkatan fasilitas kesehatan di Kota Yogyakarta, terutama RS Pratama Yogyakarta. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |