KETUA Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menyoroti dampak konflik geopolitik terhadap dinamika ekonomi global, khususnya ketegangan antara Iran dan Israel.
Menurut Anin, sekitar 40 hingga 50% percakapan dalam forum yang dihadiri Presiden RI Prabowo Subiato dan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut, membahas isu konflik Iran-Israel. Anin menilai konflik tersebut menjadi sorotan utama dan berdampak besar terhadap kondisi perekonomian dunia.
"Saya lihat jelas sekali bahwa konflik Iran-Israel ini menjadi suatu perhatian penuh yang membayangi ekonomi dunia," ujar Anin dikutip dari siaran pers yang diterima, Minggu (22/6).
Anin menjelaskan bahwa situasi tersebut mencerminkan polarisasi antara kekuatan Barat dan Timur yang semakin menajam. Hal ini, sambung Anin, juga memperkuat pergeseran tatanan global menuju struktur multipolar.
"Kelihatan benar-benar polarisasi antara Barat dan Timur. Bagaimana Iran dan Israel bisa memengaruhi bukan saja geopolitik, tapi juga pengentalan multipolar,” jelas Anin.
Lebih lanjut, Anin juga menyoroti perkembangan blok negara-negara BRICS yang dinilai semakin menguat sebagai kekuatan ekonomi baru. Anin menyebut bahwa ketidakhadiran Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dalam dialog multilateral seperti APEC menjadi sinyal pergeseran kekuatan.
“Sekarang BRICS berjalan dengan waktu, jumlahnya semakin besar. Setengah dari dunia hidup di negara-negara BRICS yang kini sudah menerima sembilan negara baru (Belarus, Bolivia, Kuba, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Thailand, Uganda, dan Uzbekistan)," ujar Anin.
Presiden Prabowo Subianto, tambah dia, juga menegaskan pendekatan Indonesia yang tidak murni kapitalistik seperti negara-negara Barat, maupun sosialis seperti yang identik dengan Tiongkok. Indonesia memilih jalan tengah yang Anin sebut sebagai pendekatan hibrida demi kemaslahatan bersama.
"Indonesia memilih hybrid di tengah-tengah, tapi tujuannya ‘for the greater good’, untuk sebanyak mungkin orang,” ucap Anin.
Lebih lanjut, dirinya juga menyoroti program pemerintah RI seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar 80 juta anak dan ibu menyusui melalui pembangunan 30 ribu SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi). Anin melihat program ini bukan hanya berdampak pada aspek sosial, tetapi juga menciptakan lapangan kerja.
“Kalau satu dapur (SPPG) itu menyerap 50 tenaga kerja, maka seribu dapur sudah menciptakan 50 ribu lapangan kerja. Di sisi lain, terjadi industrialisasi dan modernisasi pertanian,” sebut dia.
Anin juga menggarisbawahi posisi strategis Indonesia dalam konstelasi global saat ini. Anin menyebut Indonesia memiliki tiga 'suara' penting yaitu sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di G20, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, dan sebagai mitra penting dalam kawasan Indo-Pasifik.
“Itu yang menarik. Indonesia memiliki tiga suara penting, dan itu memberi kita posisi strategis dalam forum-forum internasional," pungkas Anin. (E-4)