
MENTERI Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menegaskan bahwa Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) berkomitmen memperkuat sumber daya manusia sebagai fondasi utama peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa.
Untuk itu, pihaknya meluncurkan Beasiswa Program Doktor untuk Dosen Indonesia (PDDI) yang menjadi bagian dari implementasi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya pada poin keempat yang menekankan pentingnya penguatan pembangunan SDM, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, serta pemberdayaan perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
Brian menyatakan bahwa target penerima beasiswa PDDI adalah sebanyak 5.000 orang. Beasiswa ini meliputi skema single degree dan joint degree/double degree. Skema tersebut memungkinkan para penerima beasiswa menempuh pendidikan di dalam negeri dan memperoleh pengalaman studi di luar negeri, sesuai dengan kesepakatan dan ketersediaan program studi di masing-masing perguruan tinggi mitra.
Berdasarkan data PDDikti, Indonesia memiliki 4.687 perguruan tinggi (128 negeri dan 4.559 swasta) dengan total 335.014 dosen. Namun, baru 25% (84.618 dosen) yang telah berkualifikasi Doktor (S3). 75% (249.692 dosen) masih berkualifikasi Magister (S2).
"Program beasiswa ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah dosen bergelar Doktor, guna mendorong kualitas dan daya saing perguruan tinggi di Indonesia. Program ini juga sangat penting, karena dengan gelar Doktor, kesejahteraan dosen bisa meningkat," ungkap Brian.
Brian juga menyatakan bahwa dengan adanya program ini, akan semakin banyak dosen yang memiliki kapasitas mumpuni, dan di saat yang sama, juga memaksimalisasi kemampuan mengajar. Dengan demikian, efek jangka panjang dari program ini adalah melahirkan generasi yang juga memiliki kapasitas besar dan bersudut pandang riset.
Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemdiktisaintek, Togar Mangihut Simatupang, dalam laporannya, menyampaikan apresiasinya terhadap pihak yang melaksanakan program ini, yakni Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi (PPAPT) Kemdiktisaintek.
"Pembangunan sumber daya manusia perlu terkonsolidasi dengan baik di jenjang pendidikan tinggi, didukung anggaran yang tepat sasaran sehingga terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja melalui peta jalan yang jelas, terukur dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat," ujar Togar.
Senada dengan hal tersebut, Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Hetifah Sjaifudian, menegaskan bahwa Komisi X DPR RI mendukung program beasiswa untuk dosen. Dosen merupakan investasi yang sangat strategis terkait kualitas pendidikan tinggi.
“Ini adalah bentuk komitmen dan dukungan Kami untuk Kemdiktisaintek. Kami yakin, mengalokasikan anggaran untuk program Doktor adalah investasi yang sangat berharga. Harapannya, para dosen bisa terus menghasilkan inovasi yang berdampak baik bagi masyarakat,” ujar Hetifah.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala PPAPT Kemdiktisaintek sekaligus pengampu program beasiswa ini, Henri Tambunan, memaparkan syarat umum dan ketentuan teknis mengenai beasiswa PDDI. Salah satunya adalah bahwa beasiswa ini terbuka bagi dosen perguruan tinggi di bawah koordinasi Kemdiktisaintek. Henri juga mendorong para dosen untuk segera memanfaatkan peluang tersebut.
"Siapkan program studi S3 yang akan diambil, ada berbagai bidang keilmuan. Dengan beasiswa ini, ekosistem pendidikan tinggi Indonesia akan semakin kokoh dan mampu berkompetisi di tingkat global," ujar Henri.
Ungkapan ini sejalan dengan dorongan Mendiktisaintek terhadap para calon penerima beasiswa, yakni menyesuaikan penelitian yang akan dilakukan dengan topik-topik Asta Cita maupun kebutuhan masyarakat dan industri di Indonesia.
“Harapannya, akan lahir inovasi yang dapat mempercepat cita-cita memajukan Indonesia. Semoga, program ini bisa kita jalankan bersama-sama dengan baik,” pungkasnya. (H-2)