Kebijakan Tarif Resiprokal Dibuat karena Adanya Kekhawatiran AS pada Kekuatan Tiongkok

3 weeks ago 20
Web Liputan News 24 Jam Tepat Terbaru
Kebijakan Tarif Resiprokal Dibuat karena Adanya Kekhawatiran AS pada Kekuatan Tiongkok Ilustrasi -Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick memegang bagan saat Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru(Kent Nishimura/POOL/EPA-EFE/Shutterstock)

DIREKTUR Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan bahwa Tiongkok saat ini tengah menjadi kekuatan global baru. Hal tersebut terbukti dari Purchasing Power Parity (PPP) yang dikeluarkan oleh World Bank dan International Money Foundation (IMF) yang menyebut bahwa posisi PPP dari Tiongkok berada di atas Amerika Serikat (AS).

"Data dari World Bank dan IMF sudah merevisi berkaitan dengan kekuatan ekonomi kedua negara, Tiongkok dan Amerika. Jadi kalau GDP per kapita saja Amerika memang masih di atas Tiongkok. Dan ketika variable PPP sudah dimasukkan, new estimate itu sudah menunjukkan Tiongkok di atas Amerika. Dan itu yang kemudian dikhawatirkan oleh para ahli di balik kebijakan tarif Trump. Jadi resiprokal tarif itu tidak bisa lepas dari pertarungan dua raksasa ini," ucap Burhanuddin di acara DBS Asian Insights Conference 2025 : Growth in a Changing World yang digelar di Jakarta, Rabu (21/5).

Ia pun menyampaikan bahwa kebijakan tarif tersebut menyasar banyak negara di sekitar Tiongkok, atau lebih tepatnya Asia Tenggara seperti Vietnam dan Kamboja yang dikenakan tarif resiprokal yang cukup tinggi.
 
"Vietnam dan Kamboja kena tarif yang tinggi karena waktu Trump menjadi presiden periode pertama itu banyak perusahaan-perusahaan dari Tiongkok yang pindah ke negara-negara tetangganya. Dan untuk menghajar Tiongkok, negara tetangga tadi juga dihabisi dengan tarif yang tinggi," sebut dia.

Dampak inflasi

Di samping itu, Burhanuddin juga menjelaskan bahwa terdapat implikasi politik dari kebijakan tarif resiprokal yang dicanangkan oleh Trump. Apabila tarif yang diperkenalkan oleh Trump akan berdampak besar pada perekonomian AS terutama terkait dengan inflasi, Burhanuddin menyebut bahwa hal itu akan sangat buruk untuk Partai Republik di pemilu paruh waktu tahun depan.

"Ted Cruz misalnya, senator dari Texas mengatakan kalau impact tarif yang dikenakan Trump ini tidak segera diatasi dalam waktu jangka pendek, Cruz memprediksi partai republik akan mengalami apa yang ia sebut sebagai pertumpahan darah pemilu tahun depan. Jadi lagi-lagi waktu buat Trump tidak panjang untuk bisa menuntaskan sengkarut masalah tarif ini dan karena itu pula banyak pihak juga yang menyaksikan apakah betul Trump akan terus-menerus ya memaksakan tarif tersebut," pungkasnya. (Fal/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |