
DI balik bentuknya yang mungil, jahe emprit (Zingiber officinale var. amarum) menyimpan potensi besar bagi pengembangan industri obat tradisional di Indonesia. Varietas jahe yang dikenal dengan rimpangnya yang kecil namun pedas, menarik perhatian kalangan akademisi dan industri herbal.
Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Prof Sandra Arifin Aziz menyampaikan bahwa jahe emprit memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari jenis jahe merah maupun jahe gajah.
"Jahe emprit berwarna kuning pucat, bentuknya kecil dan keras. Rasa pedasnya paling kuat di antara jenis jahe lainnya," tuturnya.
Ia menambahkan, kandungan zat bioaktif dalam jahe emprit seperti gingerol dan minyak atsiri sangat tinggi, menjadikannya unggul untuk pengolahan obat tradisional dan jamu.
Dibandingkan jahe merah yang juga memiliki rasa pedas dan tinggi gingerol, jahe emprit lebih umum dipilih karena kekerasan dan kestabilan kandungannya.
Sementara itu, jahe gajah cenderung digunakan untuk konsumsi segar karena teksturnya besar dan rasanya lebih lembut.
Lebih lanjut, Prof Sandra mengatakan bahwa jahe emprit merupakan komoditas strategis yang berpotensi besar dikembangkan secara nasional. Hal ini tidak lepas dari kandungan bioaktifnya yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan imunostimulan.
"Permintaan terhadap produk herbal, baik lokal maupun ekspor, terus meningkat terutama pascapandemi covid-19. Jahe emprit bisa menjadi bahan utama untuk jamu cair, ekstrak kapsul, hingga minuman instan," ujarnya.
Jahe emprit juga cocok ditanam di berbagai wilayah, termasuk lahan suboptimal. Keunggulan ini membuka peluang bagi petani lokal untuk terlibat dalam rantai pasok industri jamu yang bernilai tinggi.
Tidak hanya untuk industri, masyarakat juga dapat memanfaatkan jahe emprit sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Prof Sandra menyarankan konsumsi jahe emprit secara rutin tapi tidak berlebihan.
"Bisa diseduh sebagai minuman herbal dengan air panas, ditambah madu atau jeruk nipis. Jahe ini juga baik dicampurkan dalam jamu rumahan bersama temulawak atau kunyit," ungkapnya.
Meski demikian, Prof Sandra mengingatkan agar penderita maag atau tekanan darah rendah berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya secara rutin.
Penggunaan jahe emprit sebagai bumbu masak atau minuman infus juga bisa membantu menghangatkan tubuh dan memperlancar pencernaan.
Dengan segala manfaatnya, Prof Sandra menjelaskan bahwa pengembangan jahe emprit perlu didukung lintas sektor, dari hulu ke hilir, agar menjadi tulang punggung industri herbal Indonesia berbasis kekayaan hayati lokal. (Z-1)