
SUTRADARA film Pernikahan Arwah: The Butterfly House, Paul Agusta, memilih lokasi syuting di Lasem, Rembang, Jawa Tengah karena lokasinya klop dengan elemen visual yang ingin ditonjolkan dari film tersebut.
"Terutama dari elemen visual, seperti furnitur, arsitektur, dan fesyen dari peranakan Tionghoa di Indonesia dan di nusantara. Lasem, yang
terkenal dengan warisan budaya Tionghoa yang kental, memberikan latar yang autentik dan mendukung cerita yang ingin disampaikan dalam film," kata Paul, dikutip Selasa (25/2).
Selain itu, Paul Agusta juga menyebutkan bahwa setiap sudut di Lasem memiliki cerita yang menarik untuk riset dan eksplorasi. Hal ini memberikan inspirasi dan memperkaya pengalaman syuting bagi seluruh kru film.
Dengan mengambil lokasi syuting di Lasem, film Pernikahan Arwah memberikan pengalaman yang unik dan menarik bagi para pemain.
Aktris Puty Sjahrul, yang memulai debut layar lebarnya sebagai Arin, perias pengantin dalam film Pernikahan Arwah, telah melakukan persiapan menyeluruh.
Mengetahui keaslian lokasi syuting, ia mempelajari tata cara dan pantangan yang relevan untuk memastikan aktingnya sesuai harapan. Hal ini termasuk mempelajari teknik memegang hio, dupa yang dibakar saat berdoa di depan altar leluhur.
Integrasi elemen visual dengan narasi horor berlatar budaya Tionghoa,menurut aktris yang sebelum akting pernah berkarier sebagai konsultan branding dari lulusan sekolah bisnis Universitas Prasetiya Mulya itu, berpotensi memperkaya alur cerita film Indonesia ini. Sehingga
ia sempat cemas jika tidak menampilkan akting yang maksimal.
"Untungnya, itu dijagain," kata Puty.
Tidak hanya itu, film yang diproduksi oleh Entelekey Media Indonesia ini juga akan diputar di tujuh negara Asia lainnya, yaitu Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Myanmar, Laos, dan Brunei Darussalam.
"Mungkin satu pekan sampai dua pekan setelah ditayangkan di Indonesia," kata Direktur Utama Entelekey Media Indonesia Patricia Gunadi. (Ant/Z-1)