
"BARANG siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat, ia akan menelan kebodohan sepanjang hidupnya". Inilah sepenggal nasihat Imam Syafi'i yang menjadi pegangan Ikhsan Hasbi mahasiswa lulusan Arsitektur Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
Pemuda kelahiran 31 Mei 1994 asal Aceh ini, sekarang menapakkan jejak kaki di kancah pendidikan internasional menempuh studi magister Urban Design and City Planning di University College London (UCL), Inggris. Kesempatan ini ia raih melalui beasiswa bergengsi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Lulusan Arsitektur Universitas Syiah Kuala (USK) pada 2019 ini sejak menyelesaikan S1 sudah berminat pada perencanaan kota. Program Urban Design di UCL adalah kelanjutan alami dari latar belakang pendidikan arsitekturnya, memperluas wawasan dan keterampilan untuk mendalami bagaimana kota-kota besar di dunia dirancang dan berfungsi cukup baik.
"Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini. Beasiswa LPDP benar-benar membuka jalan bagi saya untuk belajar di salah satu universitas terbaik dunia" ujar putra dari pasangan Hasbi Hasan Basri dan ibunda Rosna itu, kepada Media Indonesia, Kamis (17/7).
Pemuda alumni MIN Kembang Tanjung, SMP 1 Mutiara, Beruenuen dan SMA 1 Mutiara asal daerah berjulukan Bumi Serambi Mekkah itu memilih UCL Inggris sebagai kampus impiannya antara lain karena UCL, kembali menduduki peringkat pertama dunia dalam Arsitektur dan Lingkungan Terbangun versi QS World University Rankings 2025.
Kepada pemuda-pemudi terutama mahasiswa dan pelajar, khususnya pemuda-pemudi Aceh, Ikhsan berpesan jangan takut untuk bermimpi besar. Sesuai pelajaran diperolehnya dari pengalaman hendak kuliah ke luar negeri.
Ikhsan mengaku dengan background pendidikan biasa saja awalnya takut untuk bermimpi bisa kuliah ke UCL yang merupakan universitas peringkat top 10 dunia. Tapi setelah berpikir dengan penuh semangat, kalaupun gagal diterima, tetap saja bisa mendapat pengalaman dari proses pendaftaran tersebut.
"Tidak ada ruginya untuk mencoba. Tapi setelah proses persiapan dan pendaftaran yang panjang, ternyata berhasil. Awalnya masih ada sedikit keraguan, tapi saya beranikan diri mendaftar. Alhamdulillah lulus dan diterima. Rasanya seperti mimpi" tutur pemuda berkacamata itu.
PENGALAMAN PENGELOLAAN
Selama di Inggris, Kota London, yang dikenal dinamis, Ikhsan mendapat pengalaman langsung mengenai pengelolaan kota besar dunia. Ia mengapresiasi metode pengajaran di UCL yang menekankan diskusi terbuka dan pemikiran kritis.
Lalu keterlibatannya dalam community-engaged planning pendekatan perencanaan yang melibatkan masyarakat aktif, telah memberinya perspektif baru.
"Di Indonesia, pendekatan perencanaan seringkali masih top-down. Saya ingin membawa semangat partisipatif ini agar masyarakat lebih aktif dalam pengambilan keputusan perencanaan kota" ujar pemuda kelahiran kampung pedalaman Gampong Paloh Kambuek, sebuah desa sekitar 3 km sebelah utara dari kota kecil Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie. Kampung ini berjarak sekitar 124 km sebelah timur Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh.
Insya Allah nanti setelah menyelesaikan studi, Ikhsan bertekad kembali berbakti untuk ibu pertiwi Indonesia, khususnya Banda Aceh. Dia menyatakan akan berkontribusi dalam pembangunan kota yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan warganya. Ikhsan tidak lupa berbagi pesan motivasi kepada generasi muda di tanah air tercinta.
"Prosesnya memang penuh tantangan, tapi jangan takut bermimpi besar. Jika saya, seorang pemuda dari Beureunuen, bisa sampai di London, Anda juga pasti bisa meraih impian Anda" ujarnya. (E-2)