
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengungkapkan realisasi penyaluran Bantuan Subsidi Upah (BSU) sudah mendekati 85% dari total sekitar 15 juta penerima.
“Tadi angka penyaluran BSU sudah mendekati 85%,” kata Menaker Yassierli, Kamis (17/7).
Kendati sudah hampir memenuhi target, ia mengaku penyaluran masih belum optimal. Pasalnya, ada sejumlah metode penyaluran kepada penerima yang dilakukan dengan hati-hati, salah satunya melalui Pos Indonesia. Ia mengatakan penyaluran BSU melalui Pos Indonesia membutuhkan waktu yang lebih panjang demi menjaga akuntabilitas penerima.
"Setiap orang yang sudah menerima itu harus difoto. Prosesnya macam-macam, tapi ini akuntabilitasnya jadi bagus. Ini sudah tahun keempat Kementerian Ketenagakerjaan bekerja sama dengan PT Pos, dan kami apresiasi kerja PT Pos dalam hal ini. Kami menilai inilah mitra terbaik yang kami miliki saat ini untuk mendukung penyaluran BSU," jelas Yassierli.
Ia pun memastikan ke depan proses pencairan akan semakin cepat. “Kita usahakan, ya,” kata dia.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali meninjau langsung proses penyaluran BSU yang dilakukan Pos Indonesia melalui Kantor Pos KCU Jakarta Flora, Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Kamis (17/7).
Dalam kegiatan tersebut, ia didampingi Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Direktur Perencanaan BPJS Ketenagakerjaan Zainudin, dan Plt Direktur Utama PT Pos Indonesia Endy Abdurrahman.
Gibran memberi perhatian serius pada penyaluran program yang digulirkan pemerintah ini. Sehari sebelumnya, Gibran juga meninjau pangsung penyaluran BSU di Kantorpos KCU Tangerang.
Plt Dirut PosIND Endy Abdurrahman mengungkapkan penyaluran BSU secara nasional telah melampaui 80%. Ia menyebut tidak ada antrean panjang di lapangan dan semua proses berlangsung lancar dan nyaman.
"Tantangan utama sebenarnya ada pada data penerima dari BPJS Ketenagakerjaan. Tapi kami telah bekerja sama erat untuk melakukan penyaringan awal sehingga proses di Kantorpos bisa efisien," ujar Endy.
Endy juga menyoroti perbedaan karakteristik penerima di Jakarta dan Tangerang. Jika di Tangerang mayoritas pekerja pabrik, di Jakarta lebih banyak pekerja sektor swasta seperti rumah sakit dan perusahaan jasa lainnya. (E-3)