
DUNIA kesehatan dan kedokteran Indonesia tengah berada dalam pusaran turbulensi yang tidak bisa dianggap sepele. Bukan hanya satu atau dua pihak, tapi puluhan universitas dari berbagai penjuru negeri menyatakan keprihatinan mereka secara formal dan terbuka terhadap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin arau yang akrab disapa BGS itu.
Pengurus Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr Iqbal Mochtar mengatakan dalam sebuah gelombang yang jarang terjadi dalam sejarah kesehatan Indonesia, lebih dari 400 guru besar turun tangan, menyuarakan kegundahan mereka secara eksplisit, disusul oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), para dosen, dan organisasi profesi medis.
"Ini bukan sekadar dinamika biasa. Ketika dunia akademik khususnya para guru besar yang telah mengabdikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan dan pelayanan publik ikut bersuara, itu adalah tanda serius bahwa ada sesuatu yang sangat salah. Sebab, suara mereka bukan suara reaktif. Mereka tidak sedang memperjuangkan jabatan atau kekuasaan. Mereka bukan politisi. Mereka juga bukan buzzer. Mereka telah selesai dengan dirinya sendiri dan hanya bicara ketika prinsip dan nilai dasar kehidupan berbangsa telah terguncang," kata Iqbal, Rabu (21/5).
Guru besar mempersoalkan BGS dinilai telah merusak ekosistem pendidikan dan pelayanan kesehatan di Indonesia. Kebijakannya dianggap sembrono, tidak jarang terputus dari realitas lapangan dan bertentangan dengan pandangan kolektif komunitas medis dan akademik.
Lebih parah lagi, lanjut Iqbal, BGS kerap melempar narasi yang tendensius, provokatif, bahkan menyudutkan para profesional kesehatan.
"Yang dibutuhkan sekarang adalah kepekaan dan keberanian moral dari Presiden RI Prabowo Subianto, untuk mendengar suara nurani para akademisi dan dokter yang selama ini menjadi pilar kesehatan bangsa," ungkapnya.
"Suara para guru besar adalah suara akal sehat dan hati nurani. Jika itu pun diabaikan, maka kita sedang membiarkan kerusakan berlangsung lebih jauh," pungkasnya. (H-2)