
WAKIL Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, menegaskan ketidaksetujuannya terhadap dorongan sejumlah aktivis yang meminta Presiden Prabowo Subianto untuk reshuffle menteri-menterinya di Kabinet Kerja. Pernyataan tersebut disampaikan dalam orasinya pada acara peringatan 27 tahun reformasi di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu (21/5).
Dalam acara bertajuk ‘Sarasehan Aktivis Lintas Generasi Memperingati Reformasi 1998’, para pakar, termasuk Feri Amsari (pakar hukum tata negara) dan Rocky Gerung (pakar politik), mengemukakan pandangan mereka mengenai kondisi politik dan ekonomi nasional. Mereka menyarankan agar Presiden Prabowo melakukan reshuffle terhadap menteri-menteri yang dianggap tidak kompeten, guna memperbaiki kinerja pemerintahan.
“Sudah, juga ada provokasi dari Bang Rocky tadi. Sudah dari Ferry. Tidak ada masalah. Namanya reformasi ini, situasi saat ini adalah situasi mahal yang sama-sama kita perjuangkan. Kita bebas bicara, kita bebas berbeda pendapat,” kata Habiburokhman.
Habiburokhman menuturkan kebijakan reshuffle tidak bisa serta-merta dilakukan tanpa alasan dan dasar yang kuat. Terlebih lagi, waktu pemerintahan 5 tahun akan terasa tidak produktif bila terus digemakan wacana reshuffle.
“Beda pendapat soal reshuffle. Jangan sesederhana itu memandang persoalannya. Sebuah pemerintahan itu cuma 5 tahun secara formal. Ini baru berapa bulan di-reshuffle, ya enggak produktif,” ujar Habiburokhman
Habiburokhman menegaskan Prabowo tidak boleh diremehkan begitu saja. Dia menyebut, Prabowo tidak mudah dibohongi dan ‘dikerjain’ oleh para menterinya seperti rumor yang berkembang di publik.
“Tapi, jangan juga kita underestimate dengan Pak Prabowo. Jangan seolah-olah Pak Prabowo gampang saja dikibulin para menteri, akan gampang saja dikerjain para menterinya. Enggak, bos. Susah banget,” ujarnya.
Habiburokhman menilai para menteri sangat menghormati presiden. Ketika hendak rapat bersama jajaran kabinet, banyak dari menteri yang merasa ketakutan bila tak siap dengan agenda pembahasan rapat.
“Itu menteri-menteri mau rapat dengan Pak Prabowo saja sudah gemeteran kalau ada kesalahan. Saya tahu banget,” katanya.
Lebih jauh, Habiburokhman juga mengatakan bahwa peringatan 27 reformasi harus dimaknai sebagai momentum untuk memeperkuat demokrasi politik dan ekonomi. Menurutnya, para aktivis jangan hanya mengkritik namun juga harus bisa bersinergi bersama.
“Reformasi ini juga sebuah kemewahan bagi kita. Kita maksimalkan daripada sekedar kita mengutuk diri sendiri, menyesali diri sendiri, ngomel sendiri, gak ngapa-ngapain. Lakukan aja. Apakah kita akan bersinergi? Tapi setidaknya masing-masing melakukan peran masing-masing,” jelasnya. (P-4)