Geopolitik Iran-Israel  akan Pengaruhi Pergerakan Saham Pekan Ini

5 hours ago 1
Geopolitik Iran-Israel  akan Pengaruhi Pergerakan Saham Pekan Ini ilustrasi(MI/Susanto)

SITUASI geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel dinilai masih akan mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini. Hal itu diungkapkan oleh Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas David Kurniawan melalui keterangan tertulisnya, Senin (23/6). 

"Geopolitik antara Israel-Iran masih krusial. Jika konflik mereda, minyak turun dan saham konsumen terangkat. Sebaliknya, jika eskalasi meningkat, pasar energi naik dan sektor pertahanan mendapat keuntungan," ujarnya.

Adapun pada pekan lalu IHSG ditutup melemah -3,61% dalam sepekan di level 6.907 dibandingkan pekan sebelumnya pada penutupan perdagangan, Jumat, 20 Juni 2025. Di masa penurunan IHSG ini investor asing melakukan penjualan (outflow) mencapai Rp4,6 triliun di pasar reguler.

Di sisi lain, secara teknikal IHSG saat ini sudah menembus area psikologis 7.000 yang menandakan kecemasan pelaku pasar. "Ada pattern double top pada timeframe daily IHSG dan hal ini di konfirmasi pada perdagangan jumat lalu bahwa area neckline dari double top sudah tertembus dan cenderung mengarah bearish," tutur David. 

Dia berpendapat pelemahan IHSG dipengaruhi sentimen global dan domestik. Dari global ada political will Amerika Serikat yang membuat investor global sedikit lega setelah Presiden AS menunda aksi militer di Timur Tengah dalam dua minggu untuk memberi ruang diplomasi.

Kendati demikian, volatilitas masih tinggi karena ketidakpastian geopolitik dan harga minyak yang fluktuatif di sekitar US$75–78 per barel.

Selanjutnya terkait suku bunga The Fed yang dipertahankan di 4,25–4,50%, pelaku pasar melihat kebijakan ini lebih mengarah hawkish karena inflasi masih tinggi, sedangkan Swiss dan Norwegia justru memotong suku bunga sebagai respons terhadap tekanan mata uang dan ekonomi lokal.

Sementara itu dari domestik, suku bunga Bank Indonesia yang ditahan di leveli 5.50. Keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas rupiah, khususnya menyusul penguatan dolar dan tekanan eksternal dari kebijakan suku bunga AS.

Selanjutnya terkait potensi energi terbarukan, Indonesia menargetkan 23% bauran energi terbarukan pada tahun 2025, sebuah langkah signifikan menuju transisi energi bersih. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |