Gelombang Panas Laut Melemahkan Kemampuan Laut Menyerap Karbon, Ancaman Baru bagi Iklim

1 week ago 14
Gelombang Panas Laut Melemahkan Kemampuan Laut Menyerap Karbon, Ancaman Baru bagi Iklim Ilustrasi(freepik)

PENELITIAN terbaru mengungkap gelombang panas laut (marine heatwaves) tak hanya merusak ekosistem pesisir dan mengancam kehidupan laut, tetapi juga mengganggu sirkulasi karbon alami di samudra. Gangguan ini memperlambat proses penyerapan karbon dari permukaan laut ke kedalaman, sehingga mengurangi kemampuan laut untuk menyimpan karbon dioksida selama ratusan hingga ribuan tahun.

Studi internasional yang dipimpin Mariana Bif dari University of Miami ini menganalisis lebih dari satu dekade data biologis dan kimia dari Teluk Alaska, wilayah yang sempat dilanda dua gelombang panas besar: “The Blob” (2013–2015) dan peristiwa serupa pada 2019–2020. Hasilnya, kedua kejadian tersebut mengacaukan rantai makanan laut dan memperlambat “pompa karbon” alami, meskipun dengan cara yang berbeda.

Mekanisme alami yang terganggu

Secara normal, fitoplankton, tumbuhan mikroskopis di laut, menyerap karbon dioksida untuk menghasilkan bahan organik. Ketika fitoplankton mati atau dimakan hewan laut, sebagian karbon itu tenggelam ke laut dalam dalam bentuk partikel berat. Proses ini disebut biological carbon pump, yang berperan besar mengunci karbon di kedalaman laut.

Namun, selama gelombang panas laut, mekanisme ini terganggu. Pada The Blob, meski produksi fitoplankton meningkat, sebagian besar karbon justru tertahan di kedalaman sekitar 200 meter. Sementara pada peristiwa 2019–2020, peneliti menemukan penumpukan karbon di permukaan yang disebabkan oleh proses daur ulang partikel organik, bukan penyerapan baru. Akibatnya, lebih banyak karbon tertahan di lapisan atas dan mudah kembali ke atmosfer.

Komunitas plankton berubah

Perubahan terbesar terjadi pada komunitas plankton. Gelombang panas membuat spesies kecil lebih dominan, menghasilkan partikel halus yang tenggelam lebih lambat. Partikel ini berputar dan terurai di lapisan atas alih-alih jatuh ke laut dalam, menjadikan sistem laut lebih “bocor” dan mengurangi efisiensi penyerapan karbon jangka panjang.

“Dua gelombang panas besar ini mengubah struktur komunitas plankton dan menjadikan sabuk karbon laut tersendat,” jelas Bif.

Dampak bagi iklim dan ekosistem

Laut menyerap sekitar seperempat emisi karbon tahunan manusia. Jika gelombang panas semakin sering, kemampuan laut untuk menyimpan karbon akan terus melemah, mempercepat pemanasan global. Selain itu, perubahan pada plankton juga memengaruhi rantai makanan laut, dari ikan hingga burung laut dan industri perikanan.

Penelitian ini juga menunjukkan pentingnya pemantauan laut secara berkelanjutan. Dengan menggabungkan data dari alat pemantau otomatis Argo dan ekspedisi kapal penelitian, ilmuwan dapat memantau perubahan laut sebelum, selama, dan sesudah gelombang panas terjadi.

“Untuk memahami dampak gelombang panas laut terhadap ekosistem dan proses laut, kita membutuhkan data jangka panjang yang konsisten,” ujar Ken Johnson, peneliti dari program Global Ocean Biogeochemistry (GO-BGC). (Earth/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |