Film Mungkin Kita Perlu Waktu Rilis Trailer

2 hours ago 3
Film Mungkin Kita Perlu Waktu Rilis Trailer Poster film Mungkin Kita Perlu Waktu(MI/HO)

"APA yang kamu takutin?" // "Ya, saya nggak tau, di sini yang psikolog Kak Nana, kan? Kak Nana harusnya lebih tau dong!". Inilah sekilas dialog pembuka yang cukup tegang nan menggelitik dari official trailer film Mungkin Kita Perlu Waktu, sebuah karya terbaru dari sutradara Teddy Soeriaatmadja, produksi Kathanika Films, Adhya Pictures, dan Karuna Pictures.

Trailer berdurasi 1 menit 55 detik ini menampilkan cuplikan sebuah keluarga yang semakin renggang akibat sebuah peristiwa traumatis. 

Kepergian Sara (Naura Hakim); sulung dalam keluarga, adalah pukulan besar bagi keluarga. Sejak saat itu, Ombak (Bima Azriel); anak kedua; depresi dengan nasibnya. 

Sang Ayah, Restu (Lukman Sardi) mati-matian menjaga keutuhan keluarga, dan sang Ibu, Kasih (Sha Ine Febriyanti); terus-menerus marah dengan keadaan. 

Tidak merasa nyaman di rumah, Ombak mendapatkan semangat dari teman dekatnya, Aleiqa (Tissa Biani), dan pertolongan dari psikolog Nana (Asri Welas). 

Meski alur cerita film ini berotasi dari satu peristiwa traumatis, film ini berusaha menyuguhkan dinamika hubungan keluarga sehari-hari yang muaranya adalah masalah komunikasi, persoalan klasik keluarga di Indonesia. 

Mulai dari hubungan suami dan istri, Restu (Lukman Sardi) dan Kasih (Sha Ine Febriyanti) yang meski sudah menikah puluhan tahun, tetapi komunikasinya buruk, sehingga kerap saling berasumsi. 

Lalu ada juga hubungan orangtua dan anak, Ombak (Bima Azriel) yang meski tinggal serumah dan sering makan bersama, mereka tetap tidak tahu cara berkomunikasi yang baik satu sama lain. Sang anak terlihat selalu emosi saat berbicara dengan orangtuanya, namun justru senang saat bersama dengan temannya.

Lukman Sardi, pemeran Restu dalam film sekaligus Produser Eksekutif dari Kathanika Films menyampaikan, "Film ini mungkin gambaran banyak keluarga di Indonesia, yang mungkin terlihat baik-baik saja, tetapi sebenarnya juga tidak hangat dan tidak utuh. Ada gap di sana-sini, bisa jadi karena perbedaan generasi, sehingga cara memandang kehidupan juga berbeda. Tapi kalau terus menerus dibiarkan, akan menjadi luka dalam sebuah keluarga. Film ini justru mau menitipkan pertanyaan kepada orang tua dan para anak-anak yang sedang beranjak dewasa, kalian mau menciptakan keluarga yang seperti apa di rumah?" 

Terkait dengan tema griefing, Teddy Soeriaatmadja, sutradara film Mungkin Kita Perlu Waktu, mengungkapkan bahwa alur dan masing-masing karakter di film ini merepresentasikan lima tahap berduka atau five stages of grief. 

"Ada karakter yang fasenya denial, dia merasa baik-baik saja, ada karakter yang fasenya anger, dia merasa marah dengan kondisinya, ada karakter yang fasenya depresi, dia merasa terpuruk dan putus asa. Itu semua manusiawi sekali, dan ini yang mau kita gambarkan, bahwa setiap manusia punya kapasitas memproses trauma yang berbeda-beda." jelas Teddy.

Produser Eksekutif film Mungkin Kita Perlu Waktu Ricky Wijaya menyampaikan optimismenya terhadap genre film drama keluarga. 

"Saat ini, genre drama keluarga sedang banyak diminati oleh penonton film Indonesia, tak kalah saing dengan genre film horor. Genre ini selalu punya tempat di hati masyarakat karena mengangkat realita sehari-hari, dan selalu ada pesan yang bisa kita bawa pulang setelah menontonnya. Kami optimis film ini punya value yang besar untuk masyarakat." (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |