
KONSUMSI makanan seseorang kini bisa diihat melalui skor metabolitnya. Hal itu terungkap dari hasil studi yang diterbitkan pada 20 Mei 2025, dalam jurnal PLOS Medicine.
Pola metabolit dalam darah dan urine dapat digunakan sebagai ukuran objektif konsumsi energi seseorang dari makanan cepat saji atau ultra-olahan. Data ini bisa bermanfaat untuk mengembangkan skor poli-metabolit yang suatu hari nanti dapat mengurangi ketergantungan pada asupan makanan yang dilaporkan.
Investigator di Cabang Epidemiologi Metabolik sekalgus peneli utama penelitian tersebut, Erikka Loftfield mengatakan pola makan yang tinggi dalam makanan cepat saji biasanya padat energi dan rendah nutrisi. Seperti diketahui sering mengonsumsi makanan cepat saji dapat mengalami peningkatan risiko obesitas dan penyakit kronis terkait termasuk beberapa jenis kanker.
"Studi populasi besar yang mengukur dampak kesehatan dari makanan olahan ultra biasanya bergantung pada data yang dilaporkan sendiri dari kuesioner diet. Pengukuran tersebut mungkin tunduk pada perbedaan dalam pelaporan dan tidak peka terhadap perubahan pasokan makanan dari waktu ke waktu," kata Erikka dikutip pada Minggu (25/5).
Oleh karena itu para peneliti menginginkan pengukuran yang lebih objektif dari asupan makanan cepat saji untuk mempelajari hubungan antara pola makan tinggi energi dari makanan olahan ultra dan hasil kesehatan.
Dengan menggunakan data dari observasi komplementer dan studi eksperimental untuk mengidentifikasi metabolit dalam darah dan urin yang terkait dengan asupan UPF dan kemudian mengembangkan dan menguji metabolit yang prediktif dari diet tinggi energi dari makanan cepat saji.
Data observasi berasal dari 718 peserta dalam studi Interactive Diet and Activity Tracking in AARP (IDATA) yang memberikan biospesimen dan informasi asupan makanan yang lebih terperinci.
"Data eksperimen berasal dari studi pemberian makan di rumah yang terdiri dari 20 subjek yang dirawat di NIH Clinical Center dan diacak ke salah satu dari dua kondisi diet tinggi UPF 80% kalori atau diet dengan nol UPF 0% energi selama dua minggu segera diikuti oleh diet alternatif selama dua minggu," ujarnya.
Penelitian tersebut menemukan bahwa ratusan metabolit berkorelasi dengan persentase energi dari makanan olahan dalam diet. Dengan menggunakan pembelajaran mesin, mereka mengidentifikasi pola metabolit dalam darah dan urin yang memprediksi asupan tinggi makanan olahan dan menghitung skor polimetabolit berdasarkan tanda-tanda ini.
Selain itu, skor darah dan urin ini dapat secara akurat membedakan antara kondisi diet yang sangat diproses dan yang tidak diproses dalam subjek uji. Selain meningkatkan penilaian paparan, skor polimetabolit dapat memberikan wawasan baru tentang peran makanan olahan dalam kesehatan manusia.
Dengan penelitian ini maka seseorang kini bisa mengatur pola makan yang lebh sehat. Pola diet yang lebih teratur tetapi tetap mengonsumsi makanan yang lebih bergizi dan bernutrisi. (H-2)