Death Adder Bertaring Tiga: Mutasi Langka yang Menjadikannya Lebih Mematikan

4 hours ago 1
 Mutasi Langka yang Menjadikannya Lebih Mematikan Seekor ular death adder di Australian Reptile Park ditemukan memiliki tiga taring berbisa. Mutasi langka ini memungkinkan ular tersebut menghasilkan bisa dalam jumlah lebih banyak.(Australian Reptile Park)

SEEKOR ular death adder ditemukan memiliki tiga taring super tajam dan berbisa, bukan dua seperti biasanya.

"Ini adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat sebelumnya," kata Billy Collett, manajer taman di Australian Reptile Park, tempat ular ini tinggal. 

"Ular death adder ini telah menjadi bagian dari program produksi bisa kami selama sekitar tujuh tahun, tetapi baru-baru ini kami menyadari adanya taring ketiga. Awalnya, saya pikir taring itu akan rontok seiring waktu, tetapi satu tahun berlalu, dan ternyata masih ada!"

Taring ketiga ini terletak di sebelah kiri mulut ular, berdekatan dengan taring lainnya, yang juga menghasilkan bisa. Hal ini membuat jumlah bisa yang dikeluarkan per gigitan jauh lebih banyak dari biasanya, menjadikannya lebih mematikan dibandingkan death adder lain.

Menurut Collett, dalam wawancara video, ular ini mungkin adalah death adder paling berbahaya di dunia. Pernyataan dari taman reptil tersebut menyebutkan taring ekstra ini disebabkan mutasi langka yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Death Adder: Salah Satu Ular Paling Cepat dan Mematikan

Death adder (Acanthophis) adalah kelompok ular berbisa yang berasal dari Australia dan Papua Nugini. Mereka memiliki salah satu serangan tercepat di dunia, dengan beberapa spesies mampu menggigit dan menyuntikkan bisa dalam waktu kurang dari 0,15 detik.

Bisanya mengandung neurotoksin yang dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian jika tidak segera ditangani. Sebelum adanya antibisa, sekitar 50% gigitan death adder berujung fatal.

Ular ini merupakan bagian dari program produksi antibisa di Australian Reptile Park, dan taring ketiganya ditemukan saat sedang diperah bisanya. Proses ini dilakukan dengan cara menekan lembut kelenjar bisa saat ular menggigit wadah khusus, sehingga bisa mengalir keluar dan dikumpulkan.

Menghasilkan Bisa Dua Kali Lebih Banyak dari Death Adder Biasa

Saat diperah, ular death adder bertaring tiga ini menghasilkan bisa dalam jumlah yang jauh lebih besar dari biasanya. Ketiga taringnya mengeluarkan bisa secara maksimal, dengan total produksi sekitar dua kali lipat dibandingkan death adder normal.

Namun, para peneliti belum bisa memastikan apakah produksi bisa yang lebih tinggi ini disebabkan oleh taring ekstra, atau karena individu ini memang memiliki kapasitas produksi bisa yang lebih besar secara alami.

Mengapa Ular Ini Memiliki Tiga Taring?

Australian Reptile Park, yang beroperasi selama 20 tahun dan memerah bisa dari ratusan ribu ular, menyatakan ini adalah pertama kalinya mereka menemukan death adder dengan tiga taring.

Meskipun beberapa ular bertaring tiga pernah ditemukan di Australia, belum ada laporan death adder dengan kondisi serupa.

Para ilmuwan belum mengetahui secara pasti mengapa ular ini memiliki tiga taring, tetapi ada kemungkinan hal ini terkait dengan proses pergantian taring. Seperti gigi manusia, death adder memiliki taring pengganti yang tumbuh di belakang taring aktif. Ketika taring lama copot, taring baru akan maju untuk menggantikannya, memastikan taring tetap tajam dan berfungsi optimal dalam menyuntikkan bisa.

"Biasanya, death adder akan mengganti taring mereka setiap beberapa bulan," kata juru bicara taman reptil. "Sayangnya, kami belum tahu secara pasti apa yang menyebabkan taring ketiga ini tumbuh, dan saat ini kami belum memiliki fasilitas untuk melakukan tes lebih lanjut."

Penemuan ini membuka wawasan baru tentang mutasi genetik pada ular berbisa dan potensi dampaknya terhadap kemampuan berburu serta produksi bisa mereka. (Live Science/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |