
BADAN Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) mengumumkan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet, untuk menjajaki pembentukan platform investasi strategis di sektor nikel, mencakup seluruh rantai nilai dari hulu hingga hilir. Penandatanganan MoU ini disaksikan langsung Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subiantodan Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (28/5).
Chief Investment Officer Danantara Indonesia Pandu Sjahrir mengatakan kemitraan strategis ini bertujuan untuk mengembangkan ekosistem bahan baku baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang berkelanjutan dan terintegrasi di Indonesia. Para pihak akan melakukan penilaian awal guna mengidentifikasi proyek-proyek yang paling potensial untuk mendukung akselerasi ekosistem EV nasional, sekaligus menyusun peta jalan (roadmap) kolaborasi jangka panjang.
"Kami berkeyakinan kemitraan ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat global dalam rantai pasok baterai EV," ujar Pandu Sjahrir dalam keterangan resmi dikutip Jumat (30/5).
Dalam kemitraan ini, ujar dia, Danantara Indonesia dan Badan Pengelola Investasi Indonesia (Indonesia Investment Authority/INA) akan berperan dalam menyediakan pembiayaan jangka panjang guna mendukung pengembangan investasi.
Sementara, sambungnya, Eramet akan berkontribusi melalui keahlian teknis dan pengalaman dalam mengelola proyek pertambangan skala besar dengan standar berkelanjutan internasional.
"Kemitraan ini mencerminkan komitmen ketiga pihak untuk mendorong investasi hilirisasi nikel kelas dunia di Indonesia," kata Pandu.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah menyebut kolaborasi strategis antara Eramet, Danantara Indonesia, dan INA memadukan keunggulan teknis serta rekam jejak global dalam pengelolaan tambang berkelanjutan, dengan perancangan struktur pendanaan jangka panjang yang mendukung pertumbuhan industri.
"Sinergi ini mencerminkan komitmen kolektif untuk membangun fondasi industri bernilai tambah di dalam negeri, sekaligus mendorong masuknya investasi berkualitas ke sektor-sektor strategis nasional,” ujar Ridha.
Sementara, Chief Executive Officer Eramet Group Paulo Castellari menegaskan komitmen pihaknya terhadap pengembangan sektor pertambangan di Indonesia. Sejak 2006, Paulo mengaku Eramet telah berkontribusi dalam pengembangan salah satu cadangan nikel terbesar di Indonesia.
"Kami hadir melalui operasi pertambangan nikel di Weda Bay, Maluku," ucapnya.
Dengan fokus pada hilirisasi, transisi energi, dan pengembangan mineral kritis, prioritas Danantara Indonesia dan INA dianggap sejalan dengan ambisi strategis Eramet di Indonesia.
"Kami siap memberikan kontribusi melalui keahlian kami dalam pertambangan berkelanjutan, serta komitmen jangka panjang dalam membangun industri strategis di Indonesia,” pungkas Paulo.(H-4)