
INDUSTRI ritel di Indonesia diprediksi mengalami pertumbuhan positif di kuartal IV 2024 dan sepanjang 2025. Namun, tantangan seperti inflasi, kebijakan pajak, serta perubahan perilaku konsumen tetap menjadi faktor yang harus diantisipasi oleh pelaku usaha.
Menurut laporan survei Bank Indonesia pada Desember 2024 menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan ritel diprediksi hanya mencapai 1% secara tahunan (year-on-year). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5% pada kuartal sebelumnya. Perlambatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti inflasi dan melemahnya daya beli masyarakat.
"Ada risiko inflasi yang dapat memperlambat pertumbuhan sektor ritel. Meskipun menjelang akhir tahun biasanya ada peningkatan penjualan akibat musim liburan, kategori produk seperti perlengkapan rumah tangga dan barang rekreasi masih mengalami penurunan," tulis laporan tersebut.
Menteri Perdagangan Budi Santoso optimistis bahwa sektor ritel akan tumbuh sebesar 5% pada tahun 2025.
Kemitraan antara ritel modern dan toko kelontong akan meningkatkan kinerja industri dan memperluas akses pasar," ungkap Budi dikutip dari Antara, Minggu (23/2),
Namun, tantangan tetap ada. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 dapat menambah beban operasional bagi pelaku usaha ritel. Selain itu, kenaikan biaya sewa dan upah pekerja turut menjadi perhatian utama.
"Daya beli masyarakat masih belum sepenuhnya pulih pascapandemi, sehingga pelaku industri harus lebih kreatif dalam menarik konsumen,"
Menurut analisis Bussines Lounge Journal, Industri ritel juga berfokus pada pengalaman pelanggan yang lebih mendalam. Sekarang mall bukan cuma buat belanja, tapi memang harus ada pengalaman-pengalaman berbeda. Makanya investasi dalam zona hiburan dan area outdoor sangat penting untuk menarik pengunjung.
Bekasi, Pasar Ritel yang Unik dan Berkembang
Bekasi telah menjadi salah satu kawasan ritel dengan pertumbuhan tercepat di Jabodetabek.
"Bekasi adalah market yang sangat baik dari sisi stand-in. Semua tempat sebelum berkembang pasti sudah melakukan riset. Keunikan Bekasi adalah kawasan yang mendukung keberlanjutan bisnis ritel, bukan hanya ramai di akhir pekan, tetapi juga pada hari kerja," ungkap CEO Retail & Hospitality Sinar Mas Land Fariyanto Sonda.
Dalam konteks perencanaan jangka panjang, pengembangan properti ritel di Bekasi telah berlangsung sejak tahun 2000.
"Dari tahun 2000 hingga 2025, kita terus membangun kawasan ini agar tetap relevan dan berkembang dengan kebutuhan pasar. Ini yang membedakan mall di kawasan ini dengan lainnya," tambahnya.
Untuk mempertahankan daya tariknya, pusat perbelanjaan di Bekasi mulai menambahkan elemen hiburan yang unik, seperti konser dan zona pengalaman yang tidak tersedia di mall lain.
"Program-program inovatif sangat penting untuk menarik pengunjung. Jika tidak ada pengalaman berbeda, pengunjung bisa bosan dan mencari alternatif lain," ujar Fari kembali.
Seperti yang diketahui, Living World Grand Wisata yang dikembangkan oleh PT Sahabat Duta Wisata, perusahaan joint venture antara Kawan Lama Group dan Sinar Mas Land, telah resmi dibuka pada Sabtu (22/2) kemarin. Dengan luas commercial area lebih dari 58.000 m2, Living World Grand Wisata menjadi pusat perbelanjaan dengan konsep Home Living & Eat-tertainment terbesar di wilayah timur Bekasi.
Wakil Bupati Bekasi, Asep Surya Atmaja, juga menambahkan, dengan adanya Living World Grand Wisata telah menyerap lbih dari 2.500 tenaga kerja dari warga sekitar.
Direktur Utama PT Sahabat Duta Wisata, Sugiyanto Wibawa, menuturkan, Living World Grand Wisata dirancang untuk menjadi lebih dari sekadar tempat berbelanja, tetapi juga menjadi destinasi favorit warga Bekasi dan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hunian, gaya hidup, dan menikmati hiburan bersama keluarga dan orang terdekat.
"Living World Grand Wisata menghadirkan lebih dari 250 tenant dari merek lokal hingga internasional, termasuk flagship Home Living, Home Improvement & Lifestyle, serta berbagai brand kuliner terkemuka," kata dia.
Selain itu, mal ini juga menampilkan desain arsitektur modern yang menonjolkan unsur alam dan keberlanjutan.
Salah satu contoh perkembangan pesat di Bekasi adalah pembukaan Living World Grand Wisata yang mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Yusuf, seorang warga Tambun yang mengunjungi mall tersebut, mengungkapkan kegembiraannya.
"Saya sangat antusias dengan dibukanya Living World Grand Wisata. Akhirnya ada pusat perbelanjaan besar dengan konsep modern di area ini. Tempatnya nyaman, fasilitasnya lengkap, dan banyak pilihan hiburan serta restoran yang menarik," ujar Yusuf.
Dengan berbagai tantangan yang ada, sektor ritel Indonesia tetap optimistis terhadap pertumbuhan di tahun 2025. Kombinasi strategi pemasaran inovatif, kemitraan yang lebih kuat, serta penyesuaian terhadap tren konsumen digital akan menjadi kunci utama dalam menjaga daya saing industri ini. (Z-10)