
PENIPUAN dengan modus yang gaib atau hibah hingga menawarkan uang hibah miliaran rupiah marak di media sosial, polisi terus melakukan edukasi agar tidak ada korban yang terus berjatuhan dan melalui cibercraim terus memburu para pelaku.
Penyusuran Media Indonesia Sabtu (14/6) sejumlah platfom media sosial diwarnai dengan layanan iklan penipuan bermodus yang gaib dan hibah dengan modus perdukunan dan menjual agama semakin marak, bahkan banyak korban tertipu modus yang merupakan jaringan tersebut namun tidak banyak yang melaporkan.
Mengimbangi aksi penipuan bermodus mendatangkan uang gaib tersebut, kepolisian melalui media sosial juga membuka layanan pelaporan dan juga sekaligus memberikan edukasi kepada warga agar tidak menjadi korban. "Silahkan laporkan melalui daring, polisi akan memburu para pelaku penipuan tersebut," kata Ajun Komisaris Priyo, petugas di Sentra Pelaporan Kejahatan Online Polri.
Ciri-ciri paling menonjol dalam aksi penipuan secara dering tersebut, ungkap Priyo, adalah korban dimintai sejumlah uang terlebih dahulu, bahkan mereka juga tidak mempunyai akun dengan alamat yang jelas serta banyak menggunakan foto-foto orang terkenal yang diduga palsu. "Mereka tidak akan berani vidcall karena orang berbeda dengan gambar," imbuhnya.
Bahkan ketika dicoba komunikasi Sabtu (14/6) dini hari, tampak petugas di Sentra Pelaporan Kejahatan Online Polri terlihat sigap menanggapi keluhan dugaan penipuan daring tersebut dan meminta agar warga segera melapor jika menjadi korban penipuan dilakukan melalui jaringan daring.
Tidak hanya Polri, Badan Sumber dan Sandi Negara juga membuka layanan pelaporan serupa terhadap aksi penipuan melalui daring tersebut, namun seakan tidak peduli banyak akun di media sosial terus memberikan cekokan kepada pengguna gadget secara terang-terangan hingga korban berjatuhan.
Modus Penipuan
Berbagai upaya menjerat korban dalam aksi penipuan tersebut cukup beragam, pada umumnya mereka berkedok perdukunan maupun agama yang mampu mendatangkan uang gaib maupun hibah yang Bahal diterima korban, bahkan mereka juga kebasang tarif seperti Rp500 ribu untuk mendapatkan Rp400 juta, Rp1 juta untuk memperoleh uang gaib Rp1 miliar dan seterusnya.
"Kami memanfaatkan kondisi ekonomi yang sulit dan juga keterbatasan pengetahuan warga, korban tidak hanya orang desa berpendidikan rendah bahkan orang pandai dengan pendidikan tinggi juga banyak terkecoh," kata priaku Mansur yang memiliki sedikitnya lima akun di medsos yang dihubungi melalui WhatsApp.
Hal serupa juga diungkapkan Mbak Inak, jaringan Mansur tersebut bahwa tugasnya adalah mempengaruhi calon korban agar terjebak di dalam aksi penipuan tersebut. "Saya seakan warga yang sudah mendapatkan hasil dari pengambilan uang goib tersebut," ujar pria mengaku berasal dari Kaltim.
Modus penipuan yang dilancarkan, pada awalnya hanya mau membantu tanpa mahar maupun buaya apapun, namun ketika calon korban sudah masuk mereka diminta biaya untuk pembelian sarana pemanggilan yang gaib. Setelah menunjukkan vidio keberhasilan kemudian meminta lagi dana untuk biaya materai, selanjutnya masih ada dana pensucian hingga ditotal rata-rata Ahan terkena Rp2,2 juta per korban.
Tidak cukup sampai di situ, pelaku juga mengirim bukti transfer sejumlah dana sesuai janji, tetapi pada kenyataannya tidak pernah ada yang sampai ke rekening korban. "Itu jelas penipuan, mereka memalsukan struk transfer dari bank," kata Doni,seorang pegawai sebuah bank pemerintah di Kabupaten Semarang.
Sejumlah struk diperoleh Media Indonesia juga menunjukkan penipuan cukup kentara dari mulai jenis huruf dipergunakan hingga alamat bank pengiriman, seperti pengiriman Rp1 miliar dari daerah Palu tetapi setelah dilacak merupakan kantor organisasi olahraga, demikian transfer senilai Rp5 miliar dengan lokasi pengirim di sebuah toko elektronik di Jakarta.
"Harap hati-hati, itu jelas penipuan dan diharapkan agar warga melapor ke kepolisian agar pelaku dapat ditangkap dan tidak ada korban lagi," ujar Doni.
Sementara itu seorang korban Siti, warga Magelang mengalami kerugian hingga jutaan rupiah akibat penipuan daring tersebut, pada awalnya tergiur mendapatkan dana besar untuk modal usaha tetapi maksh merugi, sudah lapor polisi dan beberapa kali diperiksa namun hingga kini belum ada uangnya yang balik," ungkapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Revano, warga Semarang yang mengaku terkena tipu dengan modus serupa hingga beberapa juta rupiah jaringan tersebut, sehingga berharap agar pelaku segera ditangkap dan tidak ada korban lagi.
Sebelumnya Polda Jawa Tengah telah membongkar penipuan daring pada awal Juni lalu, yakni pelaku menelpon korban untuk meminta uang tebusan Rp80 juta yang menyebut anaknya diculik. "Kita bongkar setelah korban melaporkan kasus ini ke kepolisian," kata Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Jawa Tengah Kombes Dwi Subagio.
Modus dikakukan pelaku, ungkap Dwi Subagio, adakah awalnya menuduh ank korban, seorang mahasiswi di Kota Semarang terlibat dalam kasus pencucian uang, pelaku yang mengaku polisi itu meminta korban menginap dan bersembunyi di hotel untuk menghindari ancaman, kemudian pelaku menghubungi orang tua korban dan minta tebusan untuk keselamatan putrinya. (H-2)