
BALI & Beyond Travel Fair (BBTF) yang ke-11 resmi ditutup pada Jumat sore (13/6/2025). Ketua Panitia Pelaksana BBTF ke-11 I Putu Winastra mengatakan, acara ini kembali memperkuat posisi BBTF sebagai pameran B2B pariwisata internasional terkemuka di Indonesia. BBTF ke-11 2025 berhasil mempertemukan lebih dari 529 buyer dari 45 negara dan sebanyak 499 seller dari 284 perusahaan dan berasal dari 7 negara yakni Indonesia, Spain, Malaysia, Singapore, USA, Namibia, dan Thailand dan 11 provinsi di Indonesia yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Selatan. “BBTF bangga dapat ambil bagian dalam pertumbuhan pariwisata Indonesia dengan membangun platform terpercaya yang menghubungkan pangsa pasar, memperkuat kemitraan, dan mempromosikan keberagaman destinasi. Dengan dukungan Kementerian Pariwisata, Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Provinsi Bali, serta para pemangku kepentingan, BBTF terus menjadi jembatan kuat antara Indonesia dengan dunia, yang dimulai dari Bali,” ujar I Putu Winastra.
Nilai transaksi BBTF 2025 diperkirakan mencapai Rp7,84 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 3% dibandingkan dengan tahun 2024 dimana transaksinya mencapai Rp7,61 triliun. Kenaikan ini dipengaruhi oleh perubahan preferensi destinasi akibat tingginya harga tiket pesawat, serta kehadiran para buyer dari pasar berkembang (emerging markets) yang membutuhkan pemahaman lebih terhadap produk pariwisata Indonesia.
Menyambut BBTF 2026, panitia berharap partisipasi seller dari luar Bali semakin meningkat.
Interaksi B2B dan kepercayaan global
Selama tiga hari penyelenggaraan BBTF 2025, pertemuan B2B yang dikurasi secara selektif menghasilkan interaksi konstruktif antara buyer internasional dan seller dari berbagai wilayah Indonesia. Sebulon Chiliho Chicalu, buyer asal Namibia yang baru pertama kali mengikuti BBTF, mengungkapkan apresiasinya. "BBTF memberi saya pengalaman berharga dalam memahami Indonesia dari Bali. Kami banyak mendapat pembelajaran baru dan mengenal pihak yang terlibat di belakangnya. Kami sangat tertarik pada pariwisata desa dan komunitas. BBTF berhasil melebihi ekspektasi bisnis kami dan menghadirkan prospek yang berkualitas tinggi, sembari mengajarkan pentingnya pelestarian lingkungan dan pariwisata berkelanjutan. Tahun depan, kami berencana hadir kembali bersama tim operator yang lebih besar, sekaligus mengundang pelaku wisata Indonesia ke Namibia," ujarnya.
Sebagai tindakan nyata, ASITA Bali dan Namibia Tourism Board (NTB) menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk menjalin kerja sama pariwisata bilateral, mencakup program kunjungan pengenalan, workshop, pertemuan B2B, pertukaran media dan influencer, pengembangan destinasi baru, hingga kolaborasi paket wisata. Kemitraan ini juga mendorong program pelatihan, partisipasi dalam festival dan pameran, serta promosi bersama tanpa keterikatan pada komitmen finansial langsung.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Ida Ayu Indah Yustikarini menilai, BBTF sebagai platform penting untuk memperkenalkan destinasi berkualitas dan berkelanjutan.
“BBTF menjadi ruang pembelajaran agar seller dan exhibitor dari 8 kabupaten dan kota dapat memahami kebutuhan pasar. Bali sebagai destinasi dunia harus terus menjaga daya saing. Kami kembangkan pola perjalanan lintas kabupaten untuk menghindari kawasan yang terlalu padat dan BBTF mendukung strategi ini," ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, Ririn Sari Dewi menyatakan bahwa BBTF menjadi wadah strategis dalam memperkenalkan potensi pariwisata berbasis alam dan budaya yang dimiliki Kalimantan Timur kepada pasar domestik maupun internasional.
Pada upacara penutupan, panitia BBTF secara resmi mengumumkan bahwa BBTF ke-12 akan berlangsung pada 28–30 Mei 2026 di BICC, Nusa Dua, Bali, dengan tema "Redefining Indonesia’s Gastronomy Journey: A Celebration of Taste, Culture, and Sustainable Heritage”. Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2026 akan mengangkat gastronomi sebagai tema utama, menjadikannya lebih dari sekadar sajian kuliner. Gastronomi diposisikan sebagai wadah untuk memahami kekayaan budaya, mendukung keanekaragaman hayati, serta mendorong praktik pariwisata yang lebih sadar dan berkelanjutan. “Gastronomi lebih dari sekadar rasa—ia adalah cara untuk memahami warisan, memperkuat koneksi, dan menjaga kelestariannya,” ujar Ketua Panitia BBTF, I Putu Winastra.
Sebagai pembeda dari penyelenggaraan tahun sebelumnya, BBTF 2026 tidak lagi menghadirkan Talkshow Pariwisata. Sebagai gantinya, kegiatan akan diawali dengan Welcome Dinner yang lebih hangat dan eksklusif di The Laguna, a Luxury Collection Resort & Spa, Nusa Dua, Bali, sebagai pembuka resmi rangkaian acara tahun depan. (H-2)