Arktik dalam Krisis: Sinyal Bahaya Perubahan Iklim yang Tak Bisa Diabaikan

6 hours ago 3
 Sinyal Bahaya Perubahan Iklim yang Tak Bisa Diabaikan Arktik mengalami perubahan iklim yang semakin ekstrem, dengan suhu melonjak hingga 20°C di atas normal dan es laut mencapai rekor terendah dalam beberapa bulan terakhir.(freepik)

ARKTIK mulai mengirimkan sinyal yang sangat mengkhawatirkan. Para ilmuwan semakin cemas akan masa depannya, terutama setelah pemerintahan Donald Trump menarik Amerika Serikat dari strategi iklim global dan memangkas anggaran lembaga ilmiah.

Bulan lalu mencatat suhu ekstrem: di beberapa bagian Arktik, suhu melonjak hingga 36 derajat Fahrenheit (20 derajat Celsius) di atas normal. Pada akhir bulan, es laut mencapai tingkat terendah yang pernah tercatat untuk Februari, menjadikannya bulan ketiga berturut-turut dengan rekor minimum es laut.

Ini merupakan kelanjutan dari tanda-tanda mengkhawatirkan di wilayah tersebut dalam setahun terakhir, termasuk kebakaran hutan yang intens dan permafrost yang mencair, melepaskan polusi yang mempercepat pemanasan global.

Dampak Global dari Perubahan Iklim

Selama dua dekade terakhir, Arktik mengalami penurunan yang cepat akibat pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia. Menurut laporan tahunan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Arktik kini berada dalam "rezim baru," di mana hilangnya es laut dan kenaikan suhu laut tidak selalu memecahkan rekor, tetapi tetap berada dalam tingkat yang lebih ekstrem dibandingkan masa lalu.

Masalah ini memiliki dampak global. Arktik berperan penting dalam mengatur suhu dan sistem cuaca dunia. "Arktik adalah seperti sistem pendingin planet kita," kata Twila Moon, ilmuwan utama di National Snow and Ice Data Center. Kerusakan di Arktik mempercepat pemanasan global, meningkatkan kenaikan permukaan laut, dan menyebabkan cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi.

Para ilmuwan menganggap Arktik sebagai sistem peringatan dini bagi perubahan iklim. Hilangnya es laut menjadi tanda jelas bahwa wilayah ini sedang dalam bahaya. Seharusnya, saat ini adalah puncak musim es tahunan, tetapi justru mencatat rekor terendah.

“Saya berharap tiga bulan terakhir ini bukan pertanda dari rekor minimum baru di musim panas mendatang, karena awal musim pencairan tidak berjalan baik,” ujar Mika Rantanen, peneliti di Institut Meteorologi Finlandia.

Es laut Arktik biasanya mencapai titik terendah pada akhir musim panas, sekitar bulan September. Namun, dalam 18 tahun terakhir, jumlah es laut berada di titik terendah yang pernah tercatat. Para ilmuwan memperkirakan tren ini akan terus berlanjut.

Menurut laporan yang ditulis Dirk Notz, kepala penelitian es laut di Universitas Hamburg, Arktik akan mengalami musim panas tanpa es sebelum tahun 2050, bahkan jika manusia berhenti menghasilkan polusi karbon sekarang. "Pada dasarnya sudah terlambat untuk mencegahnya," katanya kepada CNN.

Bahkan, hari pertama tanpa es di Arktik bisa terjadi sebelum dekade ini berakhir, menurut studi terpisah yang diterbitkan pada bulan Desember.

Dampak Lingkungan yang Meluas

Kehilangan es laut tidak hanya merugikan satwa liar, tumbuhan, dan sekitar 4 juta penduduk yang tinggal di Arktik, tetapi juga memiliki konsekuensi global. Es laut berfungsi sebagai cermin raksasa yang memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa. Saat es mencair, lautan yang lebih gelap menyerap lebih banyak panas, mempercepat pemanasan global.

Salah satu penyebab utama menurunnya es laut adalah lonjakan suhu yang tidak biasa di Arktik, yang memanas sekitar empat kali lebih cepat dari rata-rata global.

"Pemanasan ekstrem pada awal Februari lalu adalah salah satu yang terkuat yang pernah tercatat," kata Rantanen, yang memperkirakan bahwa itu mungkin termasuk dalam tiga peristiwa pemanasan paling intens sejak era satelit dimulai pada tahun 1970-an.

Selain itu, lanskap Arktik juga mengalami perubahan drastis. Permafros kini mulai mencair, melepaskan karbon dioksida dan metana yang mempercepat pemanasan global.

Kebakaran hutan di wilayah Arktik juga semakin sering dan intens, dengan musim kebakaran yang lebih panjang. Dalam lima tahun terakhir, kebakaran besar telah terjadi di Arktik sebanyak tiga kali.

Perubahan ini mengubah ekosistem secara fundamental. Selama ribuan tahun, tundra Arktik menyimpan karbon dalam jumlah besar. Namun, dengan meningkatnya kebakaran hutan dan mencairnya permafrost, wilayah ini kini melepaskan lebih banyak karbon daripada yang diserapnya, menurut laporan NOAA.

“Perubahan yang terjadi di Arktik saat ini sangat besar,” ujar Moon.

Dampak Global: Dari Kenaikan Permukaan Laut hingga Cuaca Ekstrem

Apa yang terjadi di Arktik berimbas pada seluruh dunia. Arktik yang lebih hangat menyebabkan pencairan lapisan es daratan yang mempercepat kenaikan permukaan laut. Saat ini, lapisan es Greenland kehilangan sekitar 280 miliar ton es setiap tahun, jumlah yang cukup untuk menutupi seluruh Manhattan dengan lapisan es setebal 3,2 kilometer.

Pemanasan cepat di Arktik juga melemahkan arus jet (jet stream), yang mengatur sistem cuaca global. Jennifer Francis, ilmuwan senior di Woodwell Climate Research Center, menjelaskan bahwa jet stream yang lebih lemah menjadi lebih berliku-liku, sehingga memperpanjang kondisi cuaca ekstrem seperti gelombang panas, badai, musim dingin ekstrem, dan kekeringan.

Beberapa dampak dari perubahan iklim ini masih dapat dibalik jika manusia berhenti menghasilkan gas rumah kaca. Namun, proses pemulihannya bisa memakan waktu ratusan hingga ribuan tahun. Banyak perubahan yang terjadi di Arktik dianggap "hampir tidak dapat diubah," menurut Moon.

Ancaman Baru: Krisis Geopolitik dan Hilangnya Data Ilmiah

Selain perubahan iklim, ada ancaman lain terhadap Arktik: keterbatasan data ilmiah akibat ketegangan geopolitik.

Perang Rusia di Ukraina telah membuat para ilmuwan dari negara itu—yang merupakan negara Arktik terbesar—terisolasi dari kolaborasi internasional. Studi terbaru menunjukkan bahwa ini telah menghambat upaya ilmuwan dalam melacak perubahan yang terjadi di Arktik.

Di Amerika Serikat, pemotongan besar-besaran terhadap pekerjaan ilmuwan iklim oleh pemerintahan Trump juga menimbulkan kekhawatiran serius. Banyak sistem pengukuran iklim di dunia dikelola AS, sehingga berkurangnya ilmuwan Amerika akan membuat pemahaman tentang Arktik menjadi jauh lebih sulit.

"Apa yang terjadi di Arktik adalah salah satu bukti paling nyata betapa besarnya pengaruh manusia dalam mengubah wajah planet ini," kata Notz dari Universitas Hamburg. “Kita mampu menghancurkan seluruh lanskap.” (CNN/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |