Satu Panggung di Bandung, Lima Suara Menyatu di Tur SAMA SAMA

3 hours ago 1
Satu Panggung di Bandung, Lima Suara Menyatu di Tur SAMA SAMA Ilustrasi(MI/NAVIANDRI)

DI tengah guyuran hujan deras yang menguyur Kota Bandung Jawa Barat (Jabar) namun tidak menyurutkan ribuan orang, yang didominasi GenZ yang antrean untuk masuk Eldorado Dome  untuk menyaksikan lima musisi lintas generasi, lintas gaya dan lintas suasana hati yakni Dere, Idgitaf, Kunto Aji, Sal Priadi dan Tulus, yang berkolaborasi  dalam satu panggung dalam gelaran Tur SAMA SAMA pada Minggu (4/5) malam.

Diselenggarakan oleh PT Expo Indonesia Jaya (ExpoIndo) bersama Tiga Dua Satu, Tur SAMA SAMA adalah manifesto artistik tentang kolaborasi, keberagaman, dan keberanian untuk melebur ego dalam satu harmoni. Lampu perlahan padam. Denting nada pertama lagu “Indonesia Raya” menggema dari panggung, menandai pembuka yang agung sekaligus mengingatkan bahwa ini adalah perayaan musik dan tanah air. 

Tak lama, atmosfer berubah total. Madley lagu-lagu hits mereka campuran dari penggalan lagu "Kota", "Saudade", "Satu-satu". Dere menjadi musisi pertama yang tampil solo. Membawakan lagu-lagu dengan nuansa lembut dan puitis, termasuk single terbarunya “Puspa” dari album Berbunga, Dere mengajak penonton untuk masuk ke ruang-ruang keheningan yang tenang dan penuh makna. 

Namun suasana langsung berubah dinamis saat Idgitaf naik panggung membawakan lagu "Satu-satu". Tak hanya lagu-lagu masing-masing, mereka juga bertukar karya. Tulus menyanyikan “Gala Bunga Matahari” milik Sal Priadi dengan gaya khasnya yang teduh. 

Sementara Sal, Idgitaf, Dere dan Kunto Aji bertiga menyanyikan lagu “Interaksi” milik Tulus. Lagu-lagu favorit dari masing-masing musisi juga hadir, tak hanya sebagai pengingat akan popularitas mereka, tetapi juga sebagai simbol suara generasi yang berbeda. 

Idgitaf dengan “Takut” dan “Satu-satu”, Sal Priadi dengan “Mesra-mesranya Kecil-kecilan Dulu” hingga “Kita Usahakan Rumah Itu”, Kunto Aji dengan “Konon Katanya” berduet bersama Sal dan tentu saja “Pilu Membiru” yang membuat sebagian penonton meneteskan air mata.

Tulus, menurunkan malam dengan lagu Jatuh Suka, 17, Monokrom, dan Kelana. Menariknya, di tengah konser, kelima musisi menyisipkan monolog yang membuat penonton terhipnotis. 

Dere mengungkapkan betapa ia mengagumi rekan-rekannya di atas panggung, dan bagaimana momen-momen di balik layar justru menjadi sumber inspirasi. Kunto Aji menuturkan tentang pentingnya menurunkan ego dalam kolaborasi, bahwa “sama-sama” bukan hanya soal bersama, tetapi soal menyatu.

Sal Priadi memberikan perspektif berbeda. Baginya, makna lagu tak pernah final. Ia selalu berubah, tergantung siapa yang menyuarakannya. Maka ketika lagu-lagu mereka bertukar suara malam itu, penonton pun melihat lagu-lagu lama dengan makna yang sama sekali baru.

Sementara itu, Tulus menyebut proses kreatif tur ini sebagai salah satu pengalaman paling menggugah dalam kariernya. Chemistry di balik panggung, kata dia, sudah terasa kuat sejak sesi workshop. Di situlah para musisi mengenal satu sama lain secara lebih mendalam, tak hanya dari sisi musikal, tapi juga dari sisi kemanusiaan.

Tur SAMA SAMA tidak disusun seperti pertunjukan musik konvensional. Tak ada jeda panjang, tak ada MC yang banyak bicara, tak ada urutan tebak-tebakan. Sebaliknya, semua mengalir kadang pelan,  kadang nyaris seperti pertunjukan teater musikal, dengan aransemen yang kadang berubah dari aslinya, namun tetap menyentuh.

Di bawah arahan kreatif Nuya dan Farras dari Jakarta Movin, serta pengarah musik Yoseph Sitompul dan Enrico Octaviano, setiap lagu dikemas ulang dengan identitas baru. Lampu, tata panggung, visual, dan audio berpadu mendukung perubahan suasana. Rasanya seperti menonton lima pertunjukan dalam satu waktu.

“Ini bukan hanya konser. Ini adalah eksperimen artistik yang ingin kami dorong menjadi model pertunjukan musik masa depan lebih dari sekadar hiburan, tapi juga pengalaman mendalam," ujar  Novry Hetharia, Direktur PT Expo Indonesia Jaya (ExpoIndo). 

Senada dengan itu, Riri Muktamar, Direktur Utama Tiga Dua Satu menambahkan, pihaknya tak ingin menciptakan pertunjukkan yang biasa. 

 “Kami ingin menciptakan pertunjukan yang bukan hanya menghibur, tapi juga menyentuh sisi personal penonton. Dan dengan keterlibatan musisi-musisi hebat ini, kami percaya Tur SAMA SAMA bisa menjadi tolok ukur baru.”

Setelah Bandung, Tur SAMA SAMA akan berlanjut ke Surabaya (11 Mei di Jatim Expo), Yogyakarta (17 Mei di Grand Pacific) dan ditutup di Bogor (24 Mei di Sentul International Convention Center). (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |