
PRESIDEN ASPEK Indonesia, Muhammad Rusdi, menyatakan gerakan dan perjuangan buruh Indonesia adalah bagian tak terpisahkan dari gerakan, dan perjuangan buruh dan rakyat dunia. Menurutnya, solidaritas adalah kekuatan tanpa batas, dan bagian salah satu senjata perjuangan buruh.
Pada hari ini, Kamis (15/5) merupakan momentum peringatan ke-77 Nakba, yaitu peristiwa pembersihan etnis sistematis, pendudukan dengan kekerasan, dan pengusiran paksa sekitar 750.000 hingga 1 juta orang Palestina, dari rumah dan Tanah Air mereka.
Selain itu, dalam peristiwa itu, sekitar 78% wilayah Palestina pada tahun 1948 diambil oleh Israel, selama pembentukan negara tersebut.
Nakba yang diperingati setiap 15 Mei juga diperingati juga sebagai hari untuk kembalinya orang-orang Palestina ke Tanah Air mereka dan menjadi momentum solidaritas rakyat dunia, dalam mendukung Kemerdekaan Palestina, mengutuk penjajahan, pendudukan ilegal dan tindakan genosida yang dilakukan Israel, yang didukung AS dan sekutu-sekutunya.
"Kami Buruh Indonesia, Konfederasi, dan Federasi Serikat Pekerja-Serikat Buruh, yang tergabung dalam Aliansi Buruh Indonesia Anti Perang dan Penjajahan, menggelar aksi untuk berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Palestina, dalam perjuangan berkelanjutan untuk keadilan, hak, pembebasan dan kemerdekaan sejati rakyat Palestina," ujar Muhammad Rusdi dalam keterangan tertulis.
"Kami mengutuk tindakan genosida, penjajahan, pendudukan ilegal zionis Israel, yang sedang berlangsung atas 78% tanah Palestina, dan kampanye militernya yang brutal di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza, yang mengakibatkan 7 juta warga Palestina di pengasingan hingga saat ini," tambahnya.
Selama lebih dari tujuh dekade, lanjutnya, kolonialisme Israel telah melakukan kekejaman yang tak terhitung jumlahnya terhadap rakyat Palestina, termasuk penyitaan tanah, penghancuran rumah, kekerasan pemukim, pembunuhan, dan serangan militer.
"Termasuk pada hari-hari menjelang peringatan ke-77 tahun Nakba ini, kita menyaksikan bersama, pasukan Israel terus melancarkan serangkaian serangan ke Gaza, dan melakukan serangan militer paksa ke rumah-rumah Palestina di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur," katanya.
Ia menegaskan, kebiadaban Israel ini harus segera dihentikan, karena telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dan Israel harus diseret ke pengadilan Internasional, sebagai penjahat kemanusiaan dan perang.
"Kami menuntut imperialis Inggris dan Amerika Serikat (AS), yang memfasilitasi dan memungkinkan penindasan ini, berhenti mendukung dan mendanai pembantaian rakyat Palestina," kata Muhammad Rusdi.
"Kami juga bediri bersama rakyat dunia dan gerakan buruh dunia, untuk menolak dan mengutuk perang imperialism, yang dipimpin Amerika Serikat dan sekutunya, dan menuntut diwujudkannya perdamaian dunia yang abadi," sambungnya.
Karena, akibat perang, buruh di seluruh dunia salah satu yang terkena dampak, dan menjadi korbannya termasuk buruh di Indonesia, terutama buruh di negeri-negeri yang berkobar peperangan, serta buruh di negeri-negeri Imperialis, sebagai negara pemasok senjata dan perlengkapan perang.
"Mereka harus bekerja dengan jam kerja yang panjang, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bahkan kehilangan nyawa (kematian). Karena perang hanya menempatkan kebiadaban kemanusiaan, kematian, kerusakan, memerosotkan kehidupan rakyat, termasuk menempatkan lebih banyak perempuan dan anak-anak di garis bidik kekerasan militer, pemerkosaan, pemindahan (migrasi) paksa, dan kekerasan yang dilembagakan," paparnya.
Karena itu, pihaknya menuntut dihentikannya seluruh perang Imperialism, dengan segala bentuknya, (perang agresi, perang proxy dan non-proxy, termasuk perang dagang), maupun operasi militer berkedok melawan terorisme global, yang dikobarkan oleh imperialis AS, dan para sekutunya di tanah Palestina, Ukraina, Suriah, Libya, Yaman, dan berbagai negeri.
"Termasuk peristiwa terkini saling serang antara India dan Pakistan, yang kesemuanya itu mendekatkan pada perang nuklir antar imperialism. Kesemuanya itu dilakukan untuk menindas musuh-musuh strategis Amerika Serikat, untuk penjualan dan pengujian peralatan perang, perampokan sumber daya alam vital, serta perluasan kontrol atas teritori dunia," katanya.
"Biang kerok utama semua ini, adalah AS-Imperialis nomor satu dunia, yang diperankan saat ini oleh presiden Donald John Trump, sebagai wajah asli imperialis AS yang paling sovinis, paling reaksioner, dan paling bar bar," tambahnya.
Pihaknya juga mengutuk, mengkritik dan menyayangkan atas sikap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebagai organisasi internasional, yang bertugas menjaga perdamaian dan keamanan dunia, sekaligus memberikan bantuan kemanusiaan dalam situasi darurat seperti kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata.
Namun, dalam menjalankan tugas ini, PBB sering kali mengalami kesulitan, ambigu, mandul, terutama dalam kasus Palestina. Di tengah tragedi yang terus berlangsung, banyak pihak berharap kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk menjadi penengah yang adil, dan membantu Palestina meraih kemerdekaan, mencegah terjadinya perang agresi, proxy maupun non-proxy di berbagai negeri.
Namun, hingga kini, langkah-langkah PBB sering kali tidak membawa hasil konkret, dan menimbulkan pertanyaan mengapa PBB selalu gagal.
Berikut ini adalah tuntutan utama, dan sikap Aliansi Buruh Indonesia Anti Perang dan Penjajahan, dalam Aksi Peringatan 77th Nakba, Menolak Perang, Penjajahan dan Dukungan untuk Kemerdekaan Palestina:
- Hentikan perang dan ciptakan perdamaian dunia.
- Stop genosida di Gaza Palestina, buruh indonesia mendukung penuh kemerdekaan rakyat Palestina.
- Hapuskan hak veto di Dewan Keamanan PBB.
- Menuntut dan mendesak pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, untuk aktif membela rakyat dan bangsa Palestina, serta melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebagaimana tujuan bangsa Indonesia, yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
- Menyerukan kepada kaum buruh Indonesia dan di seluruh dunia, masyarakat internasional untuk mendukung dan memperkuat persatuan, memperkuat suara rakyat Palestina untuk kemerdekaannya, menuntut diakhirinya pendudukan militer di Palestina, serta menolak segala bentuk perang dan penjajahan.
"Suara kaum pekerja untuk perdamaian harus didengar dan diindahkan. Mari kita bergandengan tangan, berdiri dalam solidaritas dan bersatu dalam perjuangan, untuk dunia yang adil dan damai," ucap Muhammad Rusdi. (Put)