
DIREKTUR Jenderal Sains dan Teknologi, Kemdiktisaintek, Ahmad Najib Burhani menyampaikan pentingnya perspektif kemandirian, transformatif, dan mendunia dalam pendidikan tinggi. Menurutnya, kemandirian adalah sikap berani mengungkapkan kebenaran dan ketidakadilan yang terjadi sebagai dasar prinsip kemanusiaan. Dia juga memberikan gambaran bagaimana dunia akademik harus mampu melakukan decentering ide untuk melawan berbagai dominasi dan penindasan.
“Menurut saya, makna kemandirian sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tugas dari dunia akademik adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam konteks global, dunia akademik bukan semata kegiatan non-profit, tetapi merupakan industri yang salah satunya seperti industri penerbitan ilmiah konglomerasi, hegemoni, dan korporasi multinasional yang biasanya ada di bisnis lain juga masuk di dunia akademik,” ungkapnya dalam puncak peringatan Dies Natalis ke-61 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Aula Latief Hendraningrat, Kampus A UNJ, Kamis (15/5).
Dalam konteks itu, menurutnya pentingnya gerakan bersama untuk memberikan akses akademik terhadap publikasi bermutu yang merata untuk seluruh lembaga pendidikan sebagai salah satu upaya melawan industri akademik global tersebut.
Menurut Najib, kaitan konsep transformatif dan mendunia adalah cita-cita Kemdiktisaintek dalam memunculkan simbol Diktisaintek Berdampak sebagai salah satu visi untuk menekankan berfungsinya sains dan teknologi mempercepat kehidupan sosial, ekologi, dan ekonomi yang berkelanjutan sesuai kebutuhan masyarakat dalam kaitannya dengan swasembada pangan dan teknologi.
“Teknologi dikembangkan dengan prinsip desain bersama dan dilakukan atas prinsip sains, teknologi, dan masyarakat yang menekankan social trust sebagai bahan bakar utama dari adopsi teknologi. Sehingga kita perlu menjadikan masyarakat sebagai stakeholder dan social trust dalam pengembangan teknologi dan pendidikan yang ada dalam masyarakat,” kata Najib.
Najib menekankan peran perguruan tinggi untuk mendunia tidak sekadar mengirimkan ilmuwan baik dosen maupun mahasiswa ke kampus luar negeri. Menurutnya perlu kemampuan menarik orang-orang asing untuk datang ke Indonesia menjadi bagian dari perubahan dan ilmuwan di negara sendiri.
Dalam konteks ini, dia mengatakan bahwa meski seseorang ke luar negeri dan berkarir di luar negeri setelah mendapatkan beasiswa, tetaplah berkontribusi bagi negeri sendiri melalui berbagai wadah sharing pengetahuan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu melalui teknologi informasi dan komunikasi saat ini.
Di tempat yang sama, Rektor UNJ Prof. Komarudin menyampaikan bahwa Dies Natalis ke-61 UNJ mengusung tema Mandiri, Transformatif, dan Mendunia. Tema ini menunjukkan tekad dan komitmen UNJ untuk terus mengembangkan dan memantapkan diri menuju Perguruan Tinggi Negeri Berkelas Dunia.
Menurut Prof. Komarudin, visi UNJ menuju universitas kelas dunia yang unggul dalam bidang kependidikan, sains, teknologi, dan humaniora harus diawali dengan pencapaian kemandirian universitas. Kemandirian universitas merupakan faktor utama keberhasilan dan keberlanjutan sebuah perguruan tinggi. Kunci utama yang dapat mendukung kemandirian antara lain: keunggulan dan reputasi SDM yang memiliki daya saing tinggi; kualitas pendidikan yang unggul dan marketable; produk inovasi perguruan tinggi yang berdampak; dan adanya sumber pendanaan yang diversifikasi.
Prof. Komarudin juga menyampaikan bahwa transformatif adalah kunci mewujudkan visi UNJ menuju universitas kelas dunia. Menjadikan UNJ sebagai perguruan tinggi yang transformatif kuncinya ialah harus visioner, kritis, terbuka, dan lebih terlihat berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Selain itu, UNJ juga harus mendunia. Menjadi Universitas Kelas Dunia adalah visi besar UNJ. Upaya mewujudkan visi tersebut telah didukung oleh berbagai kemajuan, pencapaian, dan prestasi di berbagai bidang, seperti tata kelola dan anggaran, akademik dan kemahasiswaan, penelitian, pengabdian, dan pemeringkatan internasional, serta kerja sama, kehumasan, dan informasi publik. (H-2)