
TURNAMEN Grand Slam lapangan rumput paling bergengsi, Wimbledon 2025, resmi bergulir pada Senin (30/6) waktu setempat. Dua bintang utama, Carlos Alcaraz menjadi sorotan utama pada hari pembuka kejuaraan edisi ke-138 tersebut.
Sebagai juara bertahan dua kali, Alcaraz mendapat kehormatan membuka pertandingan di Centre Court. Petenis peringkat dua dunia itu akan menghadapi veteran asal Italia, Fabio Fognini, yang kini berusia 38 tahun.
Alcaraz datang ke London dengan catatan impresif. Sejak debut di Grand Slam, petenis Spanyol berusia 22 tahun itu belum pernah kalah di babak pertama dari 17 penampilannya. Kekalahan di laga pembuka akan menjadi kejutan besar, mengingat sepanjang sejarah Open Era baru dua juara bertahan yang tumbang di laga pertama Wimbledon, yakni Manuel Santana (1967) dan Lleyton Hewitt (2003).
Usai mengalahkan Novak Djokovic dalam dua final Wimbledon terakhir, Alcaraz berambisi bergabung dalam deretan legenda All England Club. Jika sukses mempertahankan gelar, ia akan menjadi pria kelima di era Open yang mencatatkan hattrick gelar Wimbledon, menyusul jejak Djokovic, Bjorn Borg, Roger Federer, dan Pete Sampras.
Selain itu, Alcaraz juga berpeluang menjadi pemain kedua termuda di Open Era dengan enam gelar Grand Slam, setelah Bjorn Borg pada 1978.
“Saya datang ke sini dengan pikiran ingin kembali juara, ingin mengangkat trofi. Saya tidak terlalu memikirkan soal statistik atau rekor tiga gelar beruntun,” ujar Alcaraz dikutip dari AFP.
Sabalenka Ingin Bangkit
Sementara itu, di sektor putri, Aryna Sabalenka tak kalah menarik perhatian. Unggulan utama asal Belarus itu akan memulai langkahnya melawan petenis kualifikasi asal Kanada, Carson Branstine, di Court One.
Sabalenka datang dengan tekad menebus kegagalan di dua final Grand Slam terakhir. Ia kalah dramatis dari Madison Keys di Australia Terbuka dan ditaklukkan Coco Gauff di Roland Garros.
Kekalahan di Paris sempat memunculkan kontroversi. Sabalenka menuai kritik setelah menyalahkan diri sendiri dan meremehkan performa Gauff dalam komentarnya usai final.
“Saya tidak bermaksud menyinggung Gauff. Saat itu saya benar-benar kecewa dan dikuasai emosi. Saya kehilangan kendali,” kata Sabalenka.
“Itu masa sulit bagi saya, tapi kini saya sudah belajar banyak.”
Petenis 27 tahun itu memang dikenal sebagai sosok emosional di lapangan. Meski tampil di lima final dari enam Grand Slam terakhir yang diikutinya, Sabalenka belum pernah melangkah ke partai puncak Wimbledon. Capaian terbaiknya hanya sampai semifinal, pada 2021 dan 2023.
Panas London, Sorotan untuk Petenis Tuan Rumah
Pertandingan hari pertama Wimbledon juga diwarnai cuaca ekstrem. Suhu di kawasan All England Club diperkirakan mencapai 33 derajat Celsius, menjadi tantangan tambahan bagi para pemain dan penonton.
Tuan rumah Inggris menurunkan 23 wakil di nomor tunggal putra dan putri – jumlah terbanyak sejak 1984. Empat di antaranya mendapat kesempatan tampil di dua lapangan utama pada hari pembuka.
Katie Boulter akan menghadapi unggulan kesembilan asal Spanyol, Paula Badosa, di Centre Court. Sementara di Court One, Jacob Fernley menantang remaja Brasil Joao Fonseca, dan mantan juara AS Terbuka Emma Raducanu akan meladeni sesama petenis muda Inggris, Mingge Xu.
Di tempat lain, unggulan ketiga asal Jerman Alexander Zverev dijadwalkan bertemu Arthur Rinderknech, sedangkan unggulan keempat asal Italia, Jasmine Paolini, menghadapi Anastasija Sevastova.
Juara bertahan sektor putri, Barbora Krejcikova, yang baru pulih dari cedera paha, baru akan memulai langkahnya melawan Alexandra Eala dari Filipina pada Selasa (1/7) waktu setempat. (I-3)