
SEJUMLAH kendala di lapangan muncul pada saat uji coba makan siang gratis di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, Senin, (24/2) lalu. Dari puding basi, hingga kekurangan pasokan bahan baku lokal.
Pada fase pertama di Lembata, program besutan Presiden Prabowo Subianto itu menyasar 2.130 siswa yang tersebar di 8 sekolah.
"Alhmdullah berjalan lancar semua urusan persiapan sampai ke penerima manfaat, anak-anak sekolah. Kita harapkan semua menjalankan peran dalam nada kasih dan pelayanan sehingga semua karya ini menjadi berkat bagi banyak pihak. Kita tetap mengharapkan perhatian pihak penyedia atas semua saran dan masukan agar pemenuhan gizi anak anak Generasi Emas tercapai sesuai harapan standar dari Badan Gizi Nasional," ungkap Fasilitator Program Makan Bergizi Geratis (MBG) Kabupaten Lembata, Paulus Makarius Dolu, kepada Media Indonesia, Kamis (27/2).
Mantan anggota DPRD Lembata asal Partai Gerindra ini mengakui pada uji coba MBG di Lembata dengan hanya ada satu dapur, ditemukan keluhan seperti adanya puding basi hingga kekurangan bahan baku lokal. Namun dirinya optimistis, pada pelaksanaan nanti, 10 dapur yang akan dibangun di Lembata, dapat memberikan pelayanan optimal kepada anak-anak sekolah.
Lebih dari itu, kekurangan pasokan buah-buahan segar menjadi pangsa pasar tersendiri bagi petani setempat guna memproduksi buah-buahan baik dalam musim maupun di luar musim.
"Total penyaluran MBG di Kab. Lembata Senin, (24/2) dengan jumlah total 2.130 siswa terdata di 8 sekolah sebagai berikut, TK Theresia 94 siswa, SD Inpres Lewoleba 329 siswa, SDN Lamahora 426 siswa, SDN Wangatoa 455 siswa; SDN Batas Kota 96 siswa, SDK Theresia 243 siswa, SMPN Lamahora 315 siswa, SMPK Theresia 172 siswa," ujar Paul Dolu.
Genjot Produksi Buah-Buahan
Pada uji coba makan bergizi gratis di Lembata, ternyata produksi buah-buahan lokal, seperti pisang manis, semangka dan pepaya california dan sayuran organik tak cukup untuk memberi makan 2.130 siswa. Vendorpun terpaksa mendatangkan bahan baku dari luar Lembata.
Pihak fasilitator khawatir, jika daerah pemasok buah-buahan juga menjalankan program MBG maka pasokan buah ke Lembata menjadi masalah. "Tolong bantu ajak masyarakat untuk memproduksi pisang manis, semangka dan pepaya california juga sayuran organik dalam musim maupun di luar musim. Diharapkan semua kita memberikan dukungan dalam bentuk bahan baku agar yang dapat memanfaatkan produk lokal tak perlu didatangkan dari luar, apa lagi kita kabupaten satu pulau," ujar Paul Dolu.
Ia merinci, dalam sekali MBG, 1 dapur umum membutuhkan 70 tandan pisang manis masak yang dikonsumsi 3500 anak. "Bayangkan, jika 10 dapur umum MBG di Lembata dihidupkan sekaligus, maka dibutuhkan 700 tandan pisang manis. Karena itu bapak ibu petani ayo segera tanam pisang manis untuk kebutuhan anak anak kita. Semangka, pisang susu, pisang berangan, harus ada produksi di luar musim," ujar Paul Dolu. (E-2)