Waspadai Dampak Penerapan Tarif Resiprokal AS

1 week ago 15
Waspadai Dampak Penerapan Tarif Resiprokal AS Pekerja menggunakan alat berat saat bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Maluku Utara.(ANTARA/Andri Saputra)

EKONOM Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang mengingatkan pemerintah untuk mulai mewaspadai dampak dari kebijakan tarif resiprokal pemerintah Amerika Serikat (AS).

Kebijakan itu akan mulai diberlakukan Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025, yakni dengan menyamakan tarif impor AS dengan bea masuk yang dikenakan oleh negara mitra dagang. Hal itu guna melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan AS. Sektor yang paling banyak terdampak dari kebijakan itu meliputi otomotif, pertanian, logam, dan manufaktur.

"Sebagai eksportir utama tembaga dan kayu ke AS, Indonesia perlu mengantisipasi perubahan kebijakan ini," ujar Hosianna dalam keterangannya, Rabu (5/3).

Untuk jangka pendek, sambungnya, penerapan tarif resiprokal AS berpotensi memunculkan disrupsi ekspor industri tambang dan kehutanan. Kemudian, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak bisa terelakan seiring dengan ketidakpastian perdagangan global.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, kata Hosianna, pemerintah mesti membuat diversifikasi pasar ekspor sebagai strategi utama untuk mengurangi ketergantungan pada AS. Pemerintah juga perlu memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global melalui perjanjian dagang dengan mitra baru.

"Penting untuk memperluas pasar ekspor ke kawasan lain, termasuk Asia, Eropa, dan Timur Tengah, guna mengurangi risiko ketergantungan pada satu negara tujuan ekspor," imbuhnya.

Hosianna melanjutkan, pemerintah mesti proaktif menarik investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) di sektor industri pengolahan untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok global. Pemerintah juga dituntut meningkatkan kapasitas manufaktur dan hilirisasi agar produk ekspor memiliki nilai tambah lebih tinggi sebelum masuk pasar AS dan global.

"Hilirisasi industri dalam negeri perlu semakin didorong untuk meningkatkan nilai tambah sebelum ekspor," imbuhnya.

Dengan strategi yang tepat, ekonom Bank Danamon itu berkeyakinan Indonesia berpotensi tidak hanya mempertahankan pangsa pasarnya di AS, tetapi juga memperkuat posisinya dalam rantai pasok global yang semakin terfragmentasi. (Ins/E-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |