Wamentan Sudaryono: Jika Sampai Akhir April Serapan sampai 2 Juta Ton, Pemerintah Tidak Impor Beras

1 week ago 21
Situs Buletin Hot Sore Jitu Non Stop
 Jika Sampai Akhir April Serapan sampai 2 Juta Ton, Pemerintah Tidak Impor Beras Wakil Menteri Pertanian Sudaryono(MI/WIDJAJADI)

PRESIDEN ke-7 RI Joko Widodo memuji progres pengelolaan hasil pertanian di tanah air, saat Wakil Menteri Pertanian Sudaryono bertemu silaturahmi di rumah kediaman Sumber, Solo. 

"Tadi dipuji sama Pak Jokowi," ungkap menteri politisi Partai Gerindra seusai silaturahmi di kediaman Jokowi, Kampung Sumber, Banjarsari, Solo, Minggu petang (20/4/2025).

Menurut dia, sebagai orang yang pernah membantu Kabinet Jokowi selama 4 bulan, dirinya perlu menyatakan bahwa hasil pengelolaan pertanian sekarang ini meneruskan hasil kerja keras tahun lalu.

"Sedikit  banyak kita kan meneruskan hasil kerja keras tahun lalu, yang mana dua bulan itu periode Pak Prabowo sebagai presiden, dan 10 bulan periode Pak Jokowi," imbuhnya.

Yang jelas, lanjut dia, selama kepemimpinan Presiden Prabowo, produksi beras Indonesia pada MT I ini melimpah di tengah-tengah negara tetangga sedang kesusahan beras.

"Malaysia susah beras, demikian juga Filiphina, termasuk Jepang harga lagi susah, sebab dari Rp 40 ribu/kg menjadi Rp 90 an ribu per kilo," sergah dia.

Ia menegaskan, di tengah isu negatif yang dihembuskan pihak pihak ternyata hasil bagus. Saat ini serapan sudah sampai 1,3 juta ton setara beras, dan jika sampai akhirnya April bisa mencapai 2 juta ton setara beras, maka dipastikan Indonesia tidak perlu impor.

Menurut Sudaryono, saat bertemu Jokowi, bahwa telah dikonfirmasi bahwa rakyat di bawah kini dalam posisi happy atau bahagia. " Beliau mengkonfirmasi, rakyat dibawha dalam kondisi woles, happy," sambung Wamentan dengan mimik senyum.

Dia katakan, kalau ada satu dua orang komplain terhadap serapan gabah, dipastikan akan ada upaya perbaikan . Pemerintah tidak menutup mata terhadap kejelekan, dan tentunya terus diperbaiki.

"Kalau sampai bisa dua juta ton pada akhir April, maka akan kita sampaikan kepada Presiden Prabowo, tidak akan impor beras. Target presiden tahun ini sudah tidak impor" lugas dia 

Dikuasai Tengkulak

Pada bagian lain Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air ( P3A) Irigasi Dam Colo Timur, Sarjanto Jigong mengatakan, bahwa panen di sejumlah wilayah Kabupaten Sukoharjo masih dijual bebas, meski harga GKP (gabah kering panen) di bawah harga HPP Pemerintah yang Rp 6500/kg.

"Masih dijual bebas, meski harga GKP hanya dikisaran Rp 5800 - Rp 6000/kg . Hal ini terjadi karena petani kekurangan alat dan tenaga panen,  sehingga dikuasai tengkulak," kata dia.

Pada Senin besok (21/4/2025) petani Desa Pranan, Mojolaban Sukoharjo menurut dia, mulai panen. Namun petani tetap menjual bebas, karena pertimbangan tidak memiliki alat dan tenaga.

Terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen Suratno mengatakan, Bulog diakui memang memberikan harga GKP sebesar Rp6.500/kg. Namun gabah petani itu sudah harus berada di karung dan di pinggir jalan.

"Kelemahan Bulog adalah tidak memilik infrastruktur yang lengkap dan juga gudang beras terbatas. Mestinya jika di tiap kabupaten Bulog membangun gudang, akan memudahkan," terang Suratno.

Saat ini banyak penggilingan besar seperti PT Sakti di Sidoharjo dan perusahaan Wilmar bersedia meminjamkan alat panen kepada petani. Hal itulah yang membuat petani menyerahkan gabah kepada mereka melalui tengkulak.

"Harga GKP di Sragen nasih di kisaran Rp 6200 - Rp 6300/kg. KTNA sudah usulkan kepada Bupati Sragen, untuk memberikan kesejahteraan kepada petani, dalam hal ini harga sesuai pemerintah, maka alat pertanian ini mendesak diadakan di tiap desa, agar memudahkan dan menekan ongkos produksi," pungkas dia. 

Pada saat sama Ketua Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air Irigasi Cengklik, Boyolali, Samidi mengatakan, jika Bulog terjun langsung ke sawah untuk menyerap, itu tentu akan memberikan pengharapan untuk ekonomi petani. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |