
EKONOM senior Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menuturkan pendapatan harian pengemudi ojek online (ojol) terancam hilang jika statusnya diangkat menjadi pekerja tetap.
Saat ini, ojol bekerja secara fleksibel, artinya mereka bisa memilih kapan dan berapa lama bekerja. Jika menjadi pekerja tetap, waktu kerja bisa diatur oleh perusahaan, misalnya menjadi 8 jam sehari, maka peluang mereka untuk mendapat penghasilan tambahan di luar jam kerja menjadi terbatas.
"Akibatnya, pendapatan harian akan kehilangan kesempatan," ujarnya dalam keterangan tertulisnya dikutip Jumat (2/5).
Dia menegaskan wacana tersebut harus dilihat dari berbagai aspek, tidak hanya dari sisi perlindungan sosial tetapi juga dampaknya terhadap model bisnis dan daya saing industri.
Kata Wijayanto, rencana penetapan ojol menjadi karyawan tetap harus mempertimbangkan keseimbangan antara perlindungan pekerja dan keberlanjutan industri yang dapat menyediakan banyak peluang kerja dengan fleksibilitas tinggi.
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menambahkan, hal yang harus dipertimbangkan dari pelaksanaan wacana tersebut juga soal struktur gaji tetap yang harus memastikan akan menciptakan insentif yang memadai bagi pengemudi.
Dengan model kerja fleksibel yang ada sekarang, pengemudi dapat bekerja sesuai dengan permintaan pasar dan mendapatkan penghasilan yang bervariasi. Namun, jika diubah menjadi pekerja tetap, jumlah pekerjaan yang dapat diambil akan terbatas.
"Hal ini yang akan merugikan mereka yang bergantung pada penghasilan lebih tinggi saat jam sibuk,” ucapnya.
Sementara, Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza Munusamy, menyampaikan usulan pengemudi ojol menjadi pekerja tetap bisa merugikan ekosistem transportasi digital yang telah terbentuk. Jika pengemudi menjadi karyawan, maka akan ada seleksi, kuota, dan pembatasan jam kerja.
"Saat ini, siapa pun bisa mendaftar dan langsung bekerja tanpa batasan waktu. Jika ojol menjadi pekerja tetap akan merugikan mereka,” tegas Tirza dalam keterangannya.
Dia juga mengingatkan dengan skema kerja saat ini justru berfungsi sebagai bantalan sosial bagi banyak orang, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi. Bila ada perubahan status ojol, katanya, hanya sebagian orang yang akan bisa bekerja. Sementara, jutaan yang lain kehilangan akses untuk mencari nafkah.
Lebih lanjut, Tirza juga menambahkan bahwa jika pengemudi diubah menjadi pekerja tetap, perusahaan akan menanggung biaya tetap yang mungkin tidak selalu sebanding dengan tingkat permintaan. Dampaknya, biaya operasional akan melonjak.
"Ini pada akhirnya akan berdampak pada harga layanan yang harus dibayar konsumen,” pungkasnya. (E-4)